Dalam kehidupan umat Islam, ibadah menjadi salah satu tiang utama dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Namun, terdapat fenomena mengerikan yang disebutkan dalam berbagai hadits dan ditunjukkan dalam Al-Qur’an, yaitu banyaknya orang yang rajin beribadah justru menjadi penghuni neraka.
Bagaimana mungkin seorang ahli ibadah, yang tekun melaksanakan shalat, puasa, bahkan haji, justru mendapatkan tempat di neraka?
Fenomena ini bukan sekadar peringatan kosong. Terdapat dalil-dalil kuat dalam Al-Qur’an dan hadits yang menegaskan bahwa bentuk ibadah lahiriah saja tidak cukup untuk menjamin keselamatan di akhirat. Artikel ini akan mengulas fenomena ini secara mendalam agar menjadi peringatan bagi kita semua.
1. Dalil dari Al-Qur’an: Bukan Sekadar Banyaknya Amal
Surah Al-Ma'un (QS. 107: 4-6)
"Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat riya".
Ayat ini menyoroti bahwa orang yang shalat sekalipun dapat celaka, apabila shalatnya dilakukan dengan lalai, tidak khusyuk, atau hanya untuk pamer (riya). Ini menunjukkan bahwa nilai ibadah tidak hanya ditentukan oleh pelaksanaannya, tetapi juga oleh niat dan ketulusan hati.
Surah Al-Furqan (QS. 25: 23)
"Dan Kami perlihatkan segala amal yang telah mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan."
Ayat ini menggambarkan betapa amal ibadah yang tampaknya besar dan banyak, tidak bernilai apa-apa di hadapan Allah apabila tidak disertai dengan niat yang benar, akhlak yang baik, dan ketundukan yang ikhlas kepada syariat-Nya.
2. Hadits-Hadits tentang Ahli Ibadah yang Masuk Neraka
Hadits tentang Tiga Golongan Pertama yang Diseret ke Neraka
“Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah seorang yang mati syahid. Lalu didatangkan kepadanya dan Allah menunjukkan nikmat-Nya kepadanya, dan dia pun mengakuinya. Allah berfirman: ‘Apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat itu?’ Dia menjawab: ‘Aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid.’ Allah berfirman: ‘Kamu dusta. Kamu berperang supaya disebut pemberani, dan itu sudah disebutkan.’ Lalu dia diperintahkan diseret dan dilemparkan ke dalam neraka...”
Hal yang sama berlaku untuk orang alim dan ahli qira’ah (pembaca Al-Qur’an), serta orang dermawan. Masing-masing dari mereka masuk neraka karena ibadah atau amal kebaikan dilakukan bukan karena Allah, melainkan untuk pencitraan atau pujian manusia.
3. Ahli Ibadah Tapi Tidak Menjaga Lisan dan Akhlak
Hadits tentang Wanita Ahli Ibadah tapi Menyakiti Tetangganya
“Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang rajin shalat malam, puasa siang hari, dan rajin bersedekah, namun dia suka menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Maka Rasulullah bersabda: “Dia di neraka.”
Sebaliknya, ketika ditanya tentang wanita yang ibadahnya biasa saja, tapi tidak menyakiti orang lain, Rasulullah bersabda: “Dia di surga.”
Hadits ini menegaskan bahwa akhlak dan perilaku sosial memiliki pengaruh besar terhadap diterimanya ibadah. Ibadah yang dilakukan tanpa memperbaiki hubungan dengan sesama manusia bisa berujung pada siksa neraka.
4. Ahli Ibadah yang Riya (Pamer)
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.”
Riya menjadikan amal ibadah sia-sia, bahkan bisa mengarah pada syirik tersembunyi. Banyak orang rajin ibadah, namun jika tujuannya hanya agar dipuji, maka balasannya adalah neraka.
5. Ibadah Tanpa Ilmu dan Petunjuk
Surah Al-Kahfi ayat 103-104
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalnya?’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
Orang yang beribadah tanpa ilmu, atau menyimpang dari syariat, bisa jadi melakukan amalan yang sia-sia. Kesalahan pemahaman dan penyimpangan aqidah bisa menyeret seseorang ke neraka, meski ia merasa dirinya sebagai ahli ibadah.
6. Ibadah Tapi Masih Melakukan Dosa Besar
“Tahukah kalian siapa itu orang yang bangkrut?” Mereka menjawab, “Orang yang tidak punya dirham dan harta.” Rasulullah bersabda, “Orang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat dengan shalat, puasa, dan zakat, namun ia datang juga dengan mencela orang lain, menuduh tanpa bukti, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka semua amal kebaikannya akan diberikan kepada orang-orang yang dizaliminya, hingga jika amal kebaikannya habis, dosa-dosa mereka akan dibebankan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka.”
Ini menjelaskan bahwa ibadah tidak akan menyelamatkan seseorang yang masih zalim terhadap orang lain. Bahkan, amalnya bisa habis untuk mengganti kerugiannya terhadap sesama manusia.
Kesimpulan: Ibadah Harus Disertai Hati yang Bersih dan Akhlak yang Luhur
Dari berbagai dalil di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kuantitas ibadah saja tidak menjamin seseorang masuk surga. Yang paling penting adalah:
- Niat yang ikhlas hanya untuk Allah
- Menjaga lisan dan akhlak terhadap sesama manusia
- Menghindari riya dan penyakit hati lainnya
- Melakukan ibadah berdasarkan ilmu dan tuntunan Rasulullah
- Tidak mencampur ibadah dengan kemaksiatan dan dosa besar
Para ulama sepakat bahwa iman yang benar harus tercermin dalam amal yang lurus dan hati yang bersih. Maka, jangan pernah merasa aman hanya karena banyak beribadah. Teruslah periksa niat, perbaiki akhlak, dan pelajari agama dengan benar.
Semoga kita dijauhkan dari sifat riya, ujub, dan kesombongan dalam ibadah, serta selalu diberikan taufik untuk menjadi hamba yang taat dan rendah hati.