Perkembangan zaman telah membawa banyak perubahan dalam pola asuh atau parenting. Istilah “parenting modern” sering kali terdengar lebih fleksibel, adaptif, dan selaras dengan teknologi.
Namun di balik berbagai kemudahannya, muncul kekhawatiran dari para ahli mengenai sejumlah bahaya tersembunyi yang dapat berdampak buruk terhadap perkembangan anak.
Artikel ini membahas berbagai bahaya parenting modern berdasarkan temuan dari jurnal dan penelitian ilmiah.
1. Overparenting dan Efek Helikopter Parenting
Salah satu ciri khas parenting modern adalah kecenderungan orang tua untuk terlalu terlibat dalam kehidupan anak. Fenomena ini dikenal dengan istilah helicopter parenting, yakni gaya pengasuhan di mana orang tua terus-menerus memantau dan mengatur aktivitas anak secara berlebihan.
Menurut jurnal yang diterbitkan dalam Journal of Child and Family Studies (Segrin et al., 2013), anak-anak yang dibesarkan dengan gaya helicopter parenting cenderung mengalami:
- Tingkat kecemasan yang lebih tinggi
- Kurangnya rasa percaya diri
- Ketidakmampuan dalam pengambilan keputusan mandiri
- Rendahnya keterampilan sosial
Hal ini terjadi karena anak tidak diberi cukup ruang untuk mengalami kegagalan dan belajar dari kesalahan. Kemandirian mereka terhambat, dan dalam jangka panjang, bisa memicu gangguan psikologis.
2. Ketergantungan pada Teknologi dan Gadget
Teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, termasuk dalam praktik parenting. Banyak orang tua yang menyerahkan gadget sebagai “pengasuh” agar anak diam atau terhibur. Meski tampak praktis, kebiasaan ini menimbulkan risiko besar.
Penelitian oleh American Academy of Pediatrics (AAP, 2016) menyatakan bahwa paparan layar secara berlebihan pada anak usia dini berdampak pada:
- Gangguan tidur
- Penundaan bicara dan keterampilan bahasa
- Masalah perhatian dan perilaku
- Penurunan kualitas interaksi sosial
Dalam jurnal JAMA Pediatrics, disebutkan pula bahwa anak yang terbiasa menggunakan gadget sejak dini memiliki risiko tinggi mengalami kesulitan konsentrasi dan kurangnya kontrol emosi.
3. Kehilangan Nilai-Nilai Tradisional dan Kelekatan Emosional
Parenting modern cenderung menekankan pada kemandirian anak sejak dini. Namun, dalam prosesnya, beberapa orang tua secara tidak sadar mengabaikan pentingnya attachment atau kelekatan emosional antara anak dan orang tua.
John Bowlby, pencetus Attachment Theory, menyebutkan bahwa hubungan emosional yang kuat di awal kehidupan sangat penting untuk kesehatan mental jangka panjang. Dalam jurnal Development and Psychopathology (Sroufe, 2005), dijelaskan bahwa anak-anak dengan secure attachment akan lebih mampu membentuk hubungan yang sehat dan stabil saat dewasa.
Namun, ketika kelekatan ini tergantikan oleh perhatian parsial dari orang tua yang sibuk atau lebih fokus pada perangkat digital, anak berisiko mengalami insecure attachment, yang dapat berdampak pada rendahnya empati, gangguan kecemasan, dan perasaan tidak aman secara emosional.
4. Parenting Permisif dan Kurangnya Batasan
Parenting modern juga sering dikaitkan dengan pola asuh permisif, di mana orang tua cenderung membebaskan anak melakukan apa pun tanpa banyak aturan atau disiplin. Meskipun bertujuan agar anak merasa bebas berekspresi, namun ini bisa membawa konsekuensi negatif.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Adolescence (Baumrind, 1991) menyatakan bahwa anak-anak dari orang tua permisif lebih mungkin menunjukkan:
- Perilaku agresif
- Kecenderungan antisosial
- Prestasi akademik yang lebih rendah
- Sulit mengikuti aturan di lingkungan sosial lain
Kurangnya batasan membuat anak tidak belajar tentang tanggung jawab dan akibat dari tindakan mereka. Padahal, disiplin yang konsisten sangat penting dalam membentuk karakter dan moral anak.
5. Ekspektasi Tinggi dan Tekanan Prestasi
Parenting modern kadang juga ditandai dengan obsesi terhadap pencapaian. Banyak orang tua menuntut anak untuk selalu menjadi yang terbaik dalam akademik, seni, olahraga, dan lainnya. Ini menciptakan tekanan yang luar biasa pada anak.
Studi dari Journal of Educational Psychology (Schiffrin et al., 2014) menunjukkan bahwa ekspektasi tinggi dari orang tua dapat memicu:
- Stres dan depresi pada anak
- Ketakutan terhadap kegagalan
- Penurunan motivasi intrinsik
Alih-alih merasa didukung, anak justru merasa hidup mereka dikendalikan oleh ambisi orang tua. Hal ini bisa mengikis kebahagiaan dan mengganggu perkembangan psikologis mereka.
6. Kurangnya Waktu Berkualitas Bersama Anak
Kesibukan orang tua masa kini membuat interaksi langsung dengan anak sering kali tergantikan oleh bentuk komunikasi digital, atau hanya sekadar rutinitas teknis seperti makan bersama tanpa keterlibatan emosional.
Penelitian dalam Early Child Development and Care (Milkie et al., 2015) menunjukkan bahwa waktu berkualitas bersama anak lebih penting daripada kuantitas waktu. Anak yang jarang mendapatkan perhatian penuh dari orang tua berisiko mengalami:
- Masalah perilaku
- Kesulitan menjalin hubungan interpersonal
- Perasaan tidak dicintai atau tidak diperhatikan
Waktu yang berkualitas bukan hanya soal hadir secara fisik, tetapi juga hadir secara emosional — mendengarkan, bermain bersama, atau sekadar berbincang dari hati ke hati.
7. Parenting yang Terlalu Fokus pada Diri Sendiri (Self-Centered Parenting)
Fenomena ini muncul seiring meningkatnya tren media sosial. Beberapa orang tua menggunakan anak sebagai “alat” pencitraan di media, yang disebut dalam literatur sebagai “sharenting” (oversharing parenting).
Menurut penelitian dalam Journal of Public Health (Steinberg, 2017), sharenting bisa berdampak buruk terhadap:
- Privasi anak
- Identitas diri anak
- Risiko cyberbullying
- Tekanan sosial sejak dini
Anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini mungkin merasa bahwa keberadaan mereka dihargai hanya sebatas citra yang ditampilkan orang tua kepada publik, bukan sebagai individu utuh yang dihormati privasinya.
Kesimpulan
Parenting modern memang menawarkan banyak kemudahan dan fleksibilitas, namun jika tidak disertai kesadaran dan literasi pengasuhan yang baik, justru dapat membahayakan perkembangan anak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa:
- Terlalu banyak kontrol maupun terlalu sedikit batasan sama-sama berbahaya
- Ketergantungan pada teknologi bisa mengganggu tumbuh kembang
- Waktu emosional bersama anak lebih penting daripada sekadar kehadiran fisik
- Ekspektasi yang berlebihan dapat merusak motivasi dan kesehatan mental anak
Orang tua masa kini perlu menyeimbangkan antara kemajuan zaman dan kebutuhan dasar anak: cinta, perhatian, disiplin, serta ruang untuk tumbuh mandiri. Mengasuh anak bukan soal mengikuti tren, tetapi tentang membangun masa depan yang sehat secara mental, emosional, dan sosial.