Di-Banned 10 Kali Oleh PayPal, Sampai Dapat Pengalaman Berharga

Menggunakan PayPal memang nyaman, tetapi jika tidak berhati-hati, akun Anda bisa dengan mudah terkena ban. Pastikan untuk memahami aturan main PayPal

PayPal adalah salah satu platform pembayaran digital yang paling populer di dunia. Namun, sistem deteksi dan kebijakan PayPal yang ketat bisa membuat akun pengguna tiba-tiba dibatasi atau bahkan dibanned permanen.

Dalam artikel ini, saya akan berbagi pengalaman menggunakan PayPal hingga akhirnya terkena Ban (blokir) karena berbagai alasan yang mungkin tidak disadari oleh banyak pengguna.

Setelah 10 akun saya di Banned, saya baru sadar bahwa ada beberapa hal sepele yang ternyata beresiko tinggi saat transaksi.


1. Pelanggan Menulis Catatan yang Memicu PayPal Membanned Akun

Salah satu penyebab utama akun PayPal saya dibanned adalah karena pelanggan menulis catatan yang memicu sistem deteksi otomatis PayPal. 

Pada transaksi yang dilakukan, pelanggan saya menuliskan "pembelian jasa digital" atau "barang tanpa garansi" atau "convert saldo" atau "penarikan dana" atau kalimat lain yang dapat membuat PayPal menganggap transaksi tersebut berisiko tinggi atau melanggar kebijakan mereka.

Hasilnya, akun saya langsung dibatasi, dan saya diminta untuk memberikan klarifikasi serta dokumen tambahan. 

Setelah beberapa hari, akun saya akhirnya dibanned permanen tanpa ada kesempatan untuk banding lebih lanjut. 

Ini menjadi pelajaran penting bahwa catatan transaksi harus selalu di KOSONGKAN agar tidak menimbulkan kecurigaan dari PayPal.


2. Pelanggan Mengirim Uang dari PayPal Bisnis ke PayPal Pribadi

Kasus lain yang menyebabkan akun saya terkena ban adalah ketika pelanggan mengirim pembayaran dari akun PayPal bisnis mereka ke akun PayPal pribadi saya. 

Meskipun transaksi tersebut sah, sistem PayPal menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap kebijakan penggunaan akun pribadi untuk tujuan bisnis.

Ketika PayPal mendeteksi bahwa saya menerima sejumlah uang dalam jumlah besar dari akun bisnis, mereka menganggap bahwa saya menjalankan transaksi komersial tanpa menggunakan akun bisnis. 

Akibatnya, akun saya langsung dibekukan dengan alasan penggunaan yang tidak sesuai dengan kebijakan mereka. 

Saya diminta untuk meng-upgrade akun ke akun bisnis, tetapi bahkan setelah mengikuti prosedur tersebut, akun saya tetap tidak bisa dikembalikan.


3. Pelanggan Mengirim Uang dari Luar Negeri

Salah satu hal yang paling menjengkelkan dalam pengalaman ini adalah ketika saya menerima pembayaran dari luar negeri, yang ternyata menjadi salah satu faktor yang membuat akun saya terkena ban. 

Dalam beberapa kasus, pembayaran dari negara tertentu dianggap berisiko lebih tinggi oleh PayPal, terutama jika jumlahnya besar atau berasal dari akun yang baru saja dibuat.

Pada kasus saya, seorang pelanggan dari Rusia mengirim pembayaran ke akun saya untuk layanan yang saya tawarkan. 

Tidak lama setelah transaksi selesai, PayPal langsung membatasi akun saya dan meminta saya untuk memberikan dokumen verifikasi, termasuk bukti hubungan bisnis dengan pengirim. 

Sayangnya, meskipun saya memberikan semua dokumen yang diminta, PayPal tetap memutuskan untuk menutup akun saya dengan alasan "aktivitas mencurigakan."


4. Pelanggan Memilih Opsi "Barang dan Jasa"

PayPal memiliki dua opsi utama saat mengirim pembayaran: "Friends and Family" (Teman dan Keluarga) dan "Goods and Services" (Barang dan Jasa). 

Saat pelanggan memilih "Goods and Services," transaksi tersebut secara otomatis dianggap sebagai pembelian barang atau layanan yang tunduk pada perlindungan pembeli PayPal.

Masalahnya, pelanggan yang mengirimkan pembayaran kepada saya memilih opsi "Goods and Services," padahal saya tidak menjual barang fisik melainkan produk digital. 

Akibatnya, PayPal mencurigai bahwa saya menjalankan bisnis tanpa memenuhi syarat yang mereka tetapkan, seperti kebijakan pengiriman barang atau kebijakan refund yang sesuai. Akhirnya, akun saya kembali dibatasi dan tidak bisa digunakan lagi.


5. Sering Melakukan "Refund"

PayPal sangat sensitif dengan akun yang pernah melakukan refund (pengembalian dana). Refund terjadi biasanya karena ada masalah antara penjual dan pembeli.

Sehingga PayPal menandai penjual yang melakukan refund sebagai penjual yang tidak profesional dan beresiko.

Sehingga penting bagi penjual untuk menerapkan aturan yang jelas kepada pelanggan. Misalnya membuat aturan, kesepakatan, dan persetujuan di awal sebelum terjadinya transaksi.

Jika pelanggan melanggar aturan sebaiknya uang tersebut langsung hangus (tidak ada istilah refund lagi)


Kesimpulan: Pelajaran dari Pengalaman Pahit

Dari pengalaman ini, ada beberapa pelajaran penting yang bisa saya ambil:

  • Pastikan pelanggan tidak menulis catatan apapun – Beri tahu pelanggan untuk mengosongkan kolom catatan.
  • Larang pelanggan menggunakan akun PayPal Bisnis – Akun bisnis lebih ketat aturannya dibanding akun pribadi, sebaiknya larang pelanggan pakai akun bisnis.
  • Waspadai transaksi internasional – Jika memungkinkan, gunakan metode pembayaran alternatif untuk transaksi lintas negara guna menghindari pembatasan akun.
  • Wajibkan pelanggan memilih Teman & Keluarga – Memilih Good and Service atau Barang dan Jasa memiliki resiko yang sangat besar bagi penjual.
  • Jarang pernah melakukan refund – Meski terlihat sepele, tapi tindakan refund saldo sangat beresiko terhadap reputasi akun.

Menggunakan PayPal memang nyaman, tetapi jika tidak berhati-hati, akun Anda bisa dengan mudah terkena ban. Pastikan untuk memahami aturan main PayPal agar tidak mengalami nasib yang sama seperti saya.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

BCA Blu - Saifullah (007847464643)

Mandiri - Saifullah (1460019181044)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan memberikan DONASI. Tekan tombol merah.

Penulis

Saifullah.id
PT Saifullah Digital Advantec

Posting Komentar

Tulis komentar anda di bawah ini, lalu centang Beri Tahu Saya agar mendapatkan notifikasi saat kami membalas, lalu tekan PUBLIKASIKAN

Gabung dalam percakapan

Gabung dalam percakapan