Pentingnya Menyampaikan Dalil yang Benar
Islam adalah agama yang bersumber pada wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Al-Qur’an dan hadis.
Oleh karena itu, setiap ustadz atau pendakwah harus memastikan bahwa dalil yang mereka sampaikan kepada jamaah adalah benar, sahih, dan memiliki dasar yang kuat.
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.” (QS. An-Nahl: 116)
Ayat ini menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang berani berbicara atas nama agama tanpa ilmu yang memadai.
Kesalahan dalam menyampaikan dalil bukan hanya menyesatkan diri sendiri, tetapi juga orang lain yang mendengar dan mengamalkannya.
Bahaya Dalil yang Salah
Kesalahan dalam menyampaikan dalil dapat menyebabkan berbagai bahaya, di antaranya:
1. Menyesatkan Umat
Umat Islam bergantung pada ustadz dan pendakwah dalam memahami ajaran agama. Jika seorang ustadz menyampaikan dalil yang salah, jamaah yang tidak memiliki ilmu mendalam bisa dengan mudah mempercayainya dan mengamalkan ajaran yang keliru. Hal ini dapat merusak akidah dan praktik ibadah mereka.
2. Merusak Citra Islam
Ketika dalil yang salah tersebar luas, umat Islam yang mengamalkan pemahaman yang keliru bisa melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Hal ini dapat menyebabkan Islam dipandang buruk oleh orang lain, terutama oleh mereka yang masih dalam tahap belajar atau non-Muslim yang sedang tertarik dengan Islam.
3. Menjadi Penyebab Perpecahan
Dalil yang salah dapat menyebabkan perpecahan di antara umat Islam. Ketika seseorang menyebarkan pemahaman yang tidak benar, bisa terjadi perdebatan dan perselisihan di kalangan kaum Muslimin.
Ini berpotensi memecah belah persatuan Islam dan melemahkan ukhuwah Islamiyah.
4. Berujung pada Dosa Jariyah
“Barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
Artinya, jika seorang ustadz menyampaikan dalil yang salah dan orang lain mengikutinya, maka dosa dari perbuatan tersebut akan terus mengalir kepada sang ustadz meskipun ia telah meninggal dunia.
Hal ini sangat berbahaya karena dosa tersebut bisa terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya orang yang mengamalkan ajaran yang keliru.
Cara Menghindari Kesalahan dalam Penyampaian Dalil
Untuk menghindari bahaya dalil yang salah, seorang ustadz atau pendakwah harus melakukan beberapa hal berikut:
1. Menuntut Ilmu dengan Sungguh-Sungguh
Seorang ustadz harus selalu belajar dari sumber yang benar, seperti Al-Qur’an, hadis yang sahih, serta kitab-kitab yang ditulis oleh ulama terpercaya. Menuntut ilmu adalah kewajiban yang tidak boleh diabaikan.
2. Merujuk pada Ulama dan Ahli Tafsir
Jika seorang pendakwah ragu terhadap suatu dalil, sebaiknya ia bertanya kepada ulama atau ahli tafsir yang lebih berkompeten. Jangan sampai menyampaikan sesuatu yang tidak pasti kebenarannya.
3. Selalu Memverifikasi Sumber Dalil
Setiap dalil yang disampaikan harus dicek keabsahannya. Jangan mudah menerima informasi dari sumber yang tidak kredibel, terutama di era digital saat ini di mana banyak informasi beredar tanpa dasar yang jelas.
4. Menghindari Penyampaian yang Emosional Tanpa Dasar Ilmiah
Seorang ustadz harus menyampaikan dakwah dengan cara yang ilmiah dan penuh hikmah, bukan dengan emosi atau kepentingan tertentu yang bisa menyebabkan penyimpangan dalam pemahaman agama.
Kesimpulan
Menjadi seorang ustadz atau pendakwah bukanlah tugas yang ringan. Kesalahan dalam menyampaikan dalil bukan hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi banyak orang yang mendengar dan mengamalkannya.
Lebih buruk lagi, kesalahan ini bisa berujung pada dosa jariyah yang terus mengalir meskipun pelakunya telah meninggal dunia.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pendakwah untuk selalu berhati-hati, menuntut ilmu dengan benar, dan memastikan bahwa setiap dalil yang disampaikan bersumber dari Al-Qur’an dan hadis yang sahih. Dengan begitu, dakwah yang disampaikan akan membawa manfaat, bukan mudarat bagi umat Islam.