Namun, di balik bakatnya yang gemilang, tersembunyi sebuah kelemahan yang belum pernah dia sadari: Arka tidak pernah bisa menerima kekalahan. Setiap kali dia kalah dalam pertandingan catur, dia akan marah, kecewa, dan bahkan menyalahkan orang lain atau keadaan. Tetapi, dia belum menyadari bahwa kekalahan adalah bagian alami dari permainan, dan belajar dari kekalahan adalah kunci untuk menjadi lebih baik.
Suatu hari, sebuah turnamen catur besar diadakan di desa mereka. Arka sangat antusias dan yakin bahwa dia akan memenangkan turnamen tersebut. Dia berlatih lebih keras dari sebelumnya, mempertajam strateginya, dan mempersiapkan diri dengan baik. Ketika hari turnamen tiba, Arka bersiap-siap dengan penuh semangat.
Turnamen dimulai, dan Arka berhasil melewati beberapa putaran dengan mudah. Namun, di pertandingan semifinal, dia bertemu dengan Lawan yang sangat tangguh. Pertandingan berlangsung dengan ketat, namun pada akhirnya, Arka kalah. Kekalahan ini tidak hanya mengecewakannya, tetapi juga membuatnya hancur. Dia merasa marah dan frustasi. Pikirannya dipenuhi dengan penyesalan dan kebencian pada dirinya sendiri.
Saat sedang dalam keadaan yang hancur, seorang kakek bijak dari desa mereka mendekatinya. Kakek itu duduk di samping Arka, menatapnya dengan bijak, dan berkata, "Anak muda, kekalahan adalah bagian tak terpisahkan dari permainan. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita bereaksi terhadap kekalahan itu."
Arka menatap kakek itu dengan bingung, tetapi dia membiarkan kata-kata itu masuk ke dalam hatinya.
Kakek itu melanjutkan, "Ketika kita menerima kekalahan dengan lapang dada, kita memiliki kesempatan untuk belajar. Kita bisa melihat di mana kesalahan kita dan memperbaikinya. Kekalahan adalah guru terbaik yang bisa kita miliki. Jangan biarkan kekalahan menghancurkan semangatmu, tetapi gunakanlah sebagai pendorong untuk menjadi lebih baik."
Kata-kata bijak itu merasuk ke dalam hati Arka. Dia menyadari bahwa dia telah salah dalam menghadapi kekalahan. Dia harus belajar menerima kekalahan dengan lapang dada.
Dengan tekad baru, Arka kembali berlatih. Dia mengevaluasi setiap permainannya, menganalisis kesalahan-kesalahan yang dia buat, dan berusaha memperbaiki strateginya. Dia belajar untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri ketika kalah, tetapi malah menggunakannya sebagai kesempatan untuk tumbuh.
Beberapa bulan kemudian, sebuah turnamen baru diadakan di desa mereka. Arka ikut serta dengan semangat yang baru, tidak lagi takut akan kekalahan. Dia bermain dengan penuh percaya diri dan ketenangan. Hasilnya, Arka berhasil menempatkan dirinya sebagai juara turnamen tersebut.
Kemenangan itu tidak hanya membanggakan bagi Arka, tetapi juga menjadi bukti bahwa menerima kekalahan adalah langkah penting dalam perjalanan menuju kesuksesan. Dari hari itu, Arka tidak hanya menjadi pemain catur yang hebat, tetapi juga menjadi contoh bagi orang lain tentang betapa pentingnya sikap positif dalam menghadapi tantangan hidup.