Saifullah.id - Assalamu'alaikum semuanya, pada kesempatan kali ini, saya akan membahas soal yang terdapat pada buku Bahasa Inggris kelas X (sepuluh) lagi, tepatnya pada halaman 145 - 147 tentang cerita hidup atau biografi Cut Nyak Dhien.
Tapi sebelum masuk ke pembahasan soalnya, mari kita baca dulu teks bahasa Inggrisnya dengan lantang agar melatih lidah kita dalam mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris dengan artikulasi yang benar dan sesuai. Tidak lupa juga saya mencantumkan terjemahannya agar kalian tidak kesulitan dalam memahami isi bacaannya. :)
READING COMPREHENSION
CUT NYAK DHIEN
Cut Nyak Dhien was born into an Islamic aristocratic family in Aceh Besar. Her father, Teuku Nanta Setia, was a member of the ruling Ulèë Balang aristocratic class in VI mukim, and her mother was also from an aristocratic family. She was educated in religion and household matters. She was renowned for her beauty, and many men proposed to marry her. Finally, she married Teuku Cik Ibrahim Lamnga, the son of an aristocratic family, when she was twelve.
On 26 March 1873, the Dutch declared war on Aceh. In November 1873, during the Second Aceh Expedition, the Dutch successfully captured VI mukim in 1873, followed by the Sultan’s Palace in 1874.
In 1875, Cut Nyak Dhien and her baby, along with other mothers, were evacuated to a safer location while her husband Ibrahim Lamnga fought to reclaim VI mukim. Lamnga died in action on June 29, 1878. Hearing this, Cut Nyak Dhien was enraged and swore to destroy the Dutch.
Some time later, Teuku Umar proposed to marry her. Learning that Teuku Umar would allow her to fight, she accepted his proposal. They were married in 1880. This greatly boosted the morale of Aceh armies in their fight against Dutch. Teuku Umar and Cut Nyak Dhien had a daughter, Cut Gambang.
The war continued, and the Acehnese declared Holy War against the Dutch, and were engaged in guerrilla warfare. Undersupplied, Teuku Umar surrendered to the Dutch forces on September 30, 1893 along with 250 of his men. The Dutch army welcomed him and appointed him as a commander, giving him the title of Teuku Umar Johan Pahlawan. However, Teuku Umar secretly planned to betray the Dutch. Two years later Teuku Umar set out to assault Aceh, but he instead deserted with his troops taking with them heavy equipment, weapons, and ammunition, using these supplies to help the Acehnese. This is recorded in Dutch history as “Het verraad van Teukoe Oemar” (the treason of Teuku Umar).
The Dutch general Johannes Benedictus van Heutsz sent a spy to Aceh. Teuku Umar was killed during a battle when the Dutch launched a surprise attack on him in Meulaboh. When Cut Gambang cried over his death, Cut Nyak Dhien slapped her and then she hugged her and said: “As Acehnese women, we may not shed tears for those who have been martyred.”
After her husband died, Cut Nyak Dhien continued to resist the Dutch with her small army until its destruction in 1901, as the Dutch adapted their tactics to the situation in Aceh. Furthermore, Cut Nyak Dhien suffered from nearsightedness and arthritis as she got older. The number of her troops was also decreasing and they suffered from lack of supplies.
One of her troops, Pang Laot, told the Dutch the location of her headquarters in Beutong Le Sageu. The Dutch attacked, catching Dhien and her troops by surprise. Despite desperately fighting back, Dhien was captured. Her daughter, Cut Gambang, escaped and continued the resistance. Dhien was brought to Banda Aceh and her myopia and arthritis slowly healed, but in the end she was exiled to Sumedang, West Java because the Dutch were afraid she would mobilize the resistance of Aceh people. She died on 6 November 1908.
(Adapted from: http://en.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_Dhien)
Note: Mukim is an area consisting of 5 villages.
Note: Mukim is an area consisting of 5 villages.
CUT NYAK DHIEN
Cut Nyak Dhien adalah pemimpin pasukan gerilya Aceh selama Perang Aceh. Dia lahir di Lampadang pada tahun 1848. Setelah kematian suaminya Teuku Umar, dia memimpin aksi gerilya melawan Belanda selama 25 tahun. Dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 2 Mei 1964 oleh pemerintah Indonesia.
Cut Nyak Dhien dilahirkan dalam keluarga aristokrat Islam di Aceh Besar. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, adalah anggota kelas aristokrat Ulèë Balang yang berkuasa di mukim VI, dan ibunya juga berasal dari keluarga aristokrat. Dia dididik dalam urusan agama dan rumah tangga. Dia terkenal karena kecantikannya, dan banyak pria melamarnya. Akhirnya, dia menikahi Teuku Cik Ibrahim Lamnga, putra dari keluarga aristokrat, ketika dia berusia dua belas tahun.
Pada 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh. Pada bulan November 1873, selama Ekspedisi Aceh Kedua, Belanda berhasil menangkap VI mukim pada tahun 1873, diikuti oleh Istana Sultan pada tahun 1874.
Pada tahun 1875, Cut Nyak Dhien dan bayinya, bersama dengan ibu-ibu lain, dievakuasi ke lokasi yang lebih aman sementara suaminya Ibrahim Lamnga berjuang untuk merebut kembali VI mukim. Lamnga meninggal dalam aksi pada 29 Juni 1878. Mendengar ini, Cut Nyak Dhien marah dan bersumpah untuk menghancurkan Belanda.
Beberapa waktu kemudian, Teuku Umar melamarnya. Mengetahui bahwa Teuku Umar akan memungkinkannya untuk bertarung, dia menerima lamarannya. Mereka menikah pada tahun 1880. Ini sangat meningkatkan moral pasukan Aceh dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien memiliki seorang putri, Cut Gambang.
Perang berlanjut, dan rakyat Aceh mendeklarasikan Perang Suci melawan Belanda, dan terlibat dalam perang gerilya. Tidak didukung, Teuku Umar menyerah kepada pasukan Belanda pada 30 September 1893 bersama dengan 250 anak buahnya. Tentara Belanda menyambutnya dan mengangkatnya sebagai komandan, memberinya gelar Teuku Umar Johan Pahlawan. Namun, Teuku Umar diam-diam berencana untuk mengkhianati Belanda. Dua tahun kemudian Teuku Umar berangkat untuk menyerang Aceh, tetapi ia malah meninggalkan pasukannya membawa serta peralatan berat, senjata, dan amunisi, menggunakan persediaan ini untuk membantu orang Aceh. Ini dicatat dalam sejarah Belanda sebagai “Het verraad van Teukoe Oemar” (pengkhianatan Teuku Umar).
Jenderal Belanda Johannes Benedictus van Heutsz mengirim seorang mata-mata ke Aceh. Teuku Umar terbunuh dalam pertempuran ketika Belanda meluncurkan serangan mendadak terhadapnya di Meulaboh. Ketika Cut Gambang menangisi kematiannya, Cut Nyak Dhien menamparnya dan kemudian dia memeluknya dan berkata: "Sebagai wanita Aceh, kita tidak boleh menangis untuk mereka yang telah mati syahid."
Setelah suaminya meninggal, Cut Nyak Dhien terus melawan Belanda dengan pasukan kecilnya sampai kehancurannya pada tahun 1901, ketika Belanda menyesuaikan taktik mereka dengan situasi di Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dhien menderita rabun jauh dan radang sendi saat ia bertambah tua. Jumlah pasukannya juga berkurang dan mereka menderita kekurangan pasokan.
Salah satu pasukannya, Pang Laot, memberi tahu Belanda lokasi markasnya di Beutong Le Sageu. Belanda menyerang, mengejutkan Dhien dan pasukannya. Meskipun berjuang keras melawan, Dhien ditangkap. Putrinya, Cut Gambang, melarikan diri dan melanjutkan perlawanan. Dhien dibawa ke Banda Aceh dan miopia serta rematiknya perlahan-lahan sembuh, tetapi pada akhirnya dia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat karena Belanda takut dia akan mengerahkan perlawanan rakyat Aceh. Dia meninggal pada 6 November 1908.
(Diadaptasi dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_Dhien)
Catatan: Mukim adalah daerah yang terdiri dari 5 desa.
Task 1:
Form Completion
Fill in the blanks with information about Cut Nyak Dhien mentioned in the reading text.Form Completion
Short Bio
Name
Place of birth
Date of birth
Place of death
Date of death
Parents and Origins
Names of husband
Name of daughter
Important Dates on War
|
: Cut Nyak Dhien
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
: ______________________
|
---|
PEMBAHASAN
Teks tentang Cut Nyak Dhien termasuk dalam recount text. Apa itu Recount Text?
Recount Text adalah salah satu jenis text dalam bahasa Inggris yang menceritakan kembali tentang kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman di masa lampau.
Tujuan dari Recount Text adalah untuk memberikan informasi atau untuk menghibur pembaca sehingga tidak terdapat konflik.
Ada beberapa jenis recount text, contohnya adalah Diaries, Letters / Postcards, Journals, Biographies dan Historical recount. Text di atas adalah salah satu contoh Biographical recount.
Text Organization:
- Orientation : berisi tentang pengenalan mengenai latar belakang cerita, kapan , dimana dan orang-orang yang trerlibat di dalam cerita
- Event :merupakan rangkaian kejadian di dalam cerita yang di ceritakan secara kronologis
- Reorientation : kesimpulan yang merupakan komentar penulis mengenai kejadian.
CARA MENGERJAKAN
Soal cerita seperti ini merupakan soal yang paling mudah dikerjakan. Sebelum kalian membaca teks, hal pertama yang harus kalian lakukan adalah membaca soal pada task 1.Dengan membaca soalnya terlebih dahulu, kalian jadi tahu informasi apa saja yang harus kalian temukan di dalam teksnya, jadi akan lebih memfokuskan kalian pada info yang penting-penting saja.
Sebagai contoh, di soal terdapat Place of birth (Tempat lahir), nah ketika kalian membaca teks dibagian Reading Comprehension, saat menemukan kalimat yang menunjukkan tempat lahirnya toko dalam cerita, Cut Nyak Dhien, kalian bisa langsung tandai kalimatnya dengan menggaris bawahi atau langsung tulis ke lembar jawaban jawaban.
Sehingga pekerjaan kalian menjadi lebih cepat dibanding kalau kalian baca terlebih dahulu teksnya, baru kemudian membaca soal.
Berikut ini saya sediakan kunci jawaban untuk membantu kalian mencocokan jawaban kalian dengan jawaban yang tepat. Ingat, gunakan kunci jawaban ini hanya untuk mengoreksi jawaban kalian ya, bukan untuk sarana bermalas-malasan.
Kerjakan soalnya dulu secara mandiri, jika sudah selesai baru boleh melihat kunci yang ada di bawah ini.
KUNCI JAWABAN
Name
|
: Cut Nyak Dhien
|
---|---|
Place of birth | : Lampadang |
Date of birth | : 1848 |
Place of death | : Sumedang |
Date of death | : 6 November 1908 |
Parents and Origins | : Teuku Nanta Setia, Aceh Besar class in VI mukim |
Names of husband | : Teuku Cek Ibrahim Lamnga, Teuku Umar |
Name of daughter | : Cut Gambang |
Important Dates on War | : - 26 March 1873 : Dutch declared war on Aceh : - 30 September 1893: Teuku Umar surrendered to Dutch : - 1895: Teuku Umar betrayed the Ducth : - 1901: Distruction of Tjut Nyak Dhien’s army |