Sultan Abdul Hamid Han atau biasa dikenal Sultan Hamid II adalah salah satu sultan besar yang pernah dimiliki Kerajaan Utsmani, Jika pada masa awal kejayaan Kerajaan Utsmani ada sultan Muhammad Alfatih dan Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Di akhir kemunduran ada Sultan Hamid II.
Sultan Hamid II lahir pada tanggal 21 September 1842 Masehi, beliau adalah putra dari Sultan Abdul Majid. Dalam Biografi atau kisah hidupnya sultan yang satu ini belajar ilmu Bahasa Arab & Persia, Ilmu Sejarah, Ilmu sastra dan Ilmu-ilmu Tasawwuf, Sultan Hamid II Juga Ahli dalam menulis syair-syair berbahasa Turky.
Sultan Hamid II menjadi Sultan ke-34 Kerajaan Utsmani menggantikan saudaranya Sultan Murad V bertepatan dengan ketamakan Negara Barat untuk menguasai Kesultanan Utsmani yang sudah sampai pada titik puncaknya pada saat itu sultan Hamid II berusia 34tahun.
Sultan Hamid II menyadari sebagaimana didalam catatan hariannya, Pembunuhan pamannya juga perubahan kepemimpinan yang cepat merupakan konspirasi untuk menjatuhkan Pemerintahan Islam.
Jadi, pada saat itu Sultan Hamid II memegang kekuasaan atau memimpin sebuah negara yang sangat besar yang sedang dalam kondisi sekarat dan sudah diujung tanduk.
Sultan Hamid II telah menghabiskan waktu dalam kurun kurang lebih 30 tahun dengan konspirasi Internal dan Eksternal, peperangan, revolusi dan perubahan yang tidak berhenti, Sultan selalu mengungkapkan perasaannya di dalam tulisan dan puisinya.
"Tuhanku, hamba tau Engkau lah Al-Aziz dan tiada selainMu yang Engkaulah satu-satunya, dan tiada yang lain ya Allah, Pimpin lah tangan hamba dalam menyelesaikan permasalahan kesusahan ini ya Allah, Ya Allah bantulah hambamu dalam saat-saat yang kritis ini."
"Aku (Sultan Abdul Hamid II) tidak menyalahkan siapapun (Kemunduran Ustmani), akan tetapi kami mengetahui bahwa Inggris, Prancis, dan Rusia hingga Jerman dan Swiss, Maksudnya negara-negara besar Eropa, memperoleh kepentingan dengan membagi-bagi wilayah pemerintahan Utsmani dan mencerai-beraikannya."
Itulah beberapa syair yang telah dikarang oleh Sultan Hamid II semasa hidupnya sebagai media untuk mengungkapkan perasaan yang ada dihatinya.
Di tahun 1876, Daulah Utsmaniyah mulai dipegang oleh Sultan Abdul Hamid II. Kondisi Kerajaan saat itu sedang rapuh hingga sampai mendapati julukan "The Sick Man of Europe" akibat krisis ekonomi & kalah perang dimana-mana.
Sang Sultan Akhirnya melibatkan orang arab dalam kepemerintahannya yang awalnya mereka semua dipinggirkan dan tidak dilibatkan sama sekali.
Sultan Hamid II juga menyingkarkan para mentri (Pasya) yang pemikirannya telah teracuni pemikiran sekulerisme ala barat. Sultan kembali menggalakan pelajaran Fiqh, Ilmu Tafsir, Ilmu Akhlaq serta Ilmu-ilmu sejarah di madrasah atau sekolah-sekolah.
Di tahun 1881, Rusia saat itu terjadi gerakan anti-Yahudi yang begitu masif sehingga mereka di tuduh sebagai otak dibalik terbunuhnya Kaisar Alexander II, mereka (Yahudi) dipersekusi dan dipaksa meninggalkan Rusia.
Di antara mereka ada yang mengungsi ke wilayah Ustmaniyah, Sultan Hamid II pun mengizinkan mereka menyelamatkan diri dan menempati suatu tempat di wilayah Daulah Ustmany kecuali satu tempat Yaitu, Palestina.
Namun diam-diam 55.000 diantara mereka berhasil menyusup ke Palestina, Dibantu Inggris dan Prancis mereka mulai merencanakan strategi licik untuk menguasai Palestina.
Salah satu sponsor utama imigrasi masif ke Palestina adalah milyuner dan bankir Yahudi asal prancis, Edmond James de Rothscild.
Di palestina, ia menggelontorkan dana sebesar 14 Franc Prancis untuk membangun pemukiman Yahudi di Palestina dan dari situ dimulai terbentuknya Negara Zionis.
Zionis sendiri berasal dari kata "Zion" yaitu nama lain dari Yarussalem yang tertulis dalam kitab perjanjian lama Yesaya 1:26.
Pergerakan Yahudi yang semakin berani di Palestina membuat Sultan Hamid II memutuskan untuk mengawasi Palestina secara langsung, Sultan menekan mereka untuk meninggalkan Palestina, namun negara-negara Eropa memintanya untuk tetap mengizinkan mereka tinggal disana.
Ditahun 1888, Sultan Hamid II kembali mengeluarkan perintah larangan migrasi Yahudi ke Palestina, mereka di perbolehkan ziarah secara pribadi namun tidak boleh melebihi batas waktu selama tiga bulan di Palestina.
Dan di tahun 1896, buku Der Judenstaat Negara Yahudi diterbitkan oleh Theodor Herzl seorang Jurnalis kelahiran Austro-Hungaria.
Dibuku tersebut Herzl mencita-citakan sebuah negara masa depan yang independen untuk bangsa Yahudi di abad ke-20 lalu kawan sepemikirannya, Max Nordau Fisikawan Yahudi asal prancis megirimkan 2 rabbi (Pemuka agama Yahudi) ke Negeri Palestina.
Mereka dikirim untuk meneliti bagaimana prospek Palestina sebagai negara masa depan untuk bangsa Yahudi. Dan hasil laporan dari rabbi tersebut mereka berkata dalam bahasa Syair Sang pengantin (Tanah Palestina) sangatlah cantik, tapi sayang dia telah menikah dengan pria lain (Bangsa Palestina).
Selain palestina mereka juga mentargetkan Argentina jika gagal dalam perburuan wilayah sebagai negara masa depan untuk bangsa Yahudi, mereka membuat opsi ini karna melihat keteguhan dan ketulusan dari sang Sultan Hamid II untuk menjaga dan mempertahankan Palestina.
Di tahun yang sama pecah perang antara Kerajaan Utsmani dengan Kerajaan Yunani, Akibat perang inilah Daulah Utsmani mengalami krisis ekonomi.
Dan itu membuat Herzl tak tinggal diam, dia mengumpulkan uang dari para donatur Yahudi lewat duta besar Utsmaniyah di Wina.Dia menawarkan bantuan besar-besaran untuk mengatasi krisis ekonomi yang di alami oleh Daulah Utsmaniyah dengan syarat Sultan mengizinkan Yahudi berimigrasi ke Palestina.
Dan itu membuat Herzl tak tinggal diam, dia mengumpulkan uang dari para donatur Yahudi lewat duta besar Utsmaniyah di Wina.Dia menawarkan bantuan besar-besaran untuk mengatasi krisis ekonomi yang di alami oleh Daulah Utsmaniyah dengan syarat Sultan mengizinkan Yahudi berimigrasi ke Palestina.
Namun tawaran tersebut di tolak dengan tegas oleh Sang Sultan. Dan dengan dukungan internasional yang mereka miliki Herzl dan bangsa Yahudi semakin semangat untuk menghancurkan dan meruntuhkan Daulah Utsmaniyah.
Dan ditahun 1898, lewat lobi para politisi Yahudi, Inggris menekan Utsmaniyah untuk menghapus peraturan terkait pelarangan imigran Yahudi ke Palestina. Herzl juga berusaha untuk menemui Sultan Abdul Hamid II.
Di tahun 1901 dia berhasil bertatap muka secara langsung dengan Sang Sultan dan berkata, "Wahai Sultan, hanya satu saja permintaan saya, jual lah segenggam tanah dari Yarussalem untuk kami (bangsa Yahudi) tempati"
Sultan pun lagi-lagi menolak dengan tegas dan berkata, "Walau sejengkal pun saya tidak akan menjual tanah tersebut, karna tanah itu bukan milikku tapi milik Rakyatku, Rakyatku telah menaklukan tanah tersebut dengan darah mereka dan kami tidak akan membiarkan apapun terjadi, kami akan membela walau dengan darah kami"
Pernyataan tersebut dengan tegas tanda bahwa Sultan menolak, karna tahu mereka (bangsa Yahudi) akan mendirikan sebuah Negara Zionis di Al-Quds Palestina. Sultan Hamid II pun mengusir Herzl, hingga Herzl meninggal dikala negara Zionis yang dia perjuangkan belum juga terbentuk.
Herzl meninggal pada tahun 1904, akan tetapi keinginanya membangun Negara Zionis untuk bangsa Yahudi di atas tanah Palestina tidak ikut serta dalam penguburan jasadnya.
Dibantu oleh Barat, Zionisme Internasional yang Herzl dirikan terus berusaha mendirikan Negara Yahudi di atas tanah Palestina. Namun Sultan Hamid II juga terus memodernisasi Daulah Utsmaniyah dan juga menggaungkan Ukhuwah Islamiyah. Wujud nyata dari itu adalah dengan menghubungkan semua Wilayah Islam dengan membangun rel kereta api.
Yahudi Zionis dn Donmeh, serta Barat sangat geram dengan pencapaian tersebut hingga mereka merancang konspirasi. Mereka bekerja sama dengan Jon Turkey (Turki Muda) untuk memuluskan konspirasi tersebut.
Dukungan Rakyat yang begitu kuat pada Sang Sultan membuat mereka akhirnya menggunakan cara kotor untuk menjatuhkannya. Mereka merancang peristiwa 31 Maret dimana banyak jatuh korban dari pihak Turki Muda dan kaum Minoritas.
Mereka pun menuduh Sultan Hamid II dalang atau otak dari peristiwa tersebut. Sultan Hamid II juga di fitnah membakar Mushaf Al-Quran saat menumpas mereka, selain itu mereka mengajak kaum muslimin untuk memberontak pada Sultan, liciknya gerakan tersebut bertujuan untuk membuang jauh-jauh agama dari politik namun menggunakan topeng agama untuk memuluskan rencana menjatuhkan Sultan.
Melalui Turky Muda mereka berhasil mendesak Mufti Utsmani Muhammad Zhiyauddin untuk mengeluarkan fatwa pencopotan Sultan. Dan tepat pada 27 April 1909 Sultan Abdul Hamid II dicopot dari pimpinan Daulah Utsmaniyah.
Media-media sekuler mengekspresikan kegembiraannya atas pencopotan Sultan Hamid II dan berusaha menutupi intrik yang dilakukan Turky Muda dan berusaha menjustifikasi apa yang mereka lakukan benar adanya.
Sultan Hamid II pun dibuang ke tempat kumuh pengasingan bagi bangsa Yahudi di Salonika Yunani bersama keluarganya di tengah gelapnya malam menggunakan kereta api.
Angin lesu bertiup beserta gerimis dimalam itu dengan pemandangan pohon-pohon yang tinggal rangka seakan ikut bersedih mengiringi tragedi memilukan itu. Sultan Hamid II telah menjadi khalifah terakhir ummat islam.
Dari tempat pengasingan tersebut Sultan Hamid II menulis surat yang ditujukan kepada gurunya syaikh Mahmud Abu Shamad dan menceritakan kejadian sebenarnya atas fitnahan bertubi-tubi yang dilakukan bangsa Yahudi terhadapnya.
Beliau tidak berhenti-henti bersyukur karna telah menolak tawaran yang sudah ditawarkan, karna tahu akan mencoreng Daulah Utsmaniyah serta dunia islam dengan noda abadi yang diakibatan oleh terbentuknya Negara Yahudi di tanah Palestina.
Di akhir suratnya dengan kerendahan hati, ia menyebut namanya dalam surat yang dikirim 22 September 1909 dengan sebutan Abdul Hamid bin Abdul Majid Pelayan Kaum Muslimin.
Sultan Hamid II meninggal dunia dalam penjara Baylerbeyi pada 10 Februari 1918. Kepergiaannya diratapi seluruh penduduk Istanbul dan kaum Muslimin pada umumnya.
Selamat jalan Sultan, segala perjalanan dan tindakanmu telah dikenang, Engkau adalah singa terakhir umat ini. Semoga Allah SWT meridhoimu.