Kita ini di program jadi bodoh dan miskin.
O,ya? Bagaimana bisa?
Coba kita lihat realita yang terjadi dengan menjawab pertanyaan saya.
- Apakah sekolah mengajarkan kita tentang uang?
- Apakah di sekolah kita diajarkan menawarkan barang?
- Apakah di sekolah kita diajarkan cara bayar pajak?
Jawabannya tidak, padahal setelah selesai sekolah bahkan ketika masih sekolah kita berkaitan erat dengan ketiga hal itu.
Lalu apa gunanya sekolah?
Gunanya sekolah adalah menyamakan murid-murid menjadi satu, yang tugasnya nanti adalah kerja di kantor. Dicetak dengan cara yang sama semua, padahal kebutuhan, cita-cita, minat, dan bakat setiap orang berbeda-beda.
Coba bayangkan, seandainya kita suka sepak bola, lalu dari kecil di fokuskan hanya untuk belajar dan berlatih sepak bola, bagaimana jadinya kalau sudah dewasa? Bisa jadi pemain profesional dong.
Seburuk-buruknya seseorang bermain, kalau dia menekuninya dalam jangka waktu yang lama pasti akan memiliki pengalaman dan mengetahui seluk beluk hal yang ditekuninya itu. Sehingga dia dibentuk oleh kebiasaan dan jam terbang (waktu).
Coba bayangkan lagi, seandainya kamu suka memasak dan bercita-cita menjadi chef/koki. Lalu dari kecil di sekolah kamu diajarkan memasak, mungkin sudah ribuan jenis masakan yang mahir kamu hidangkan termasuk masakan luar negeri.
Atau kamu ingin menjadi penulis. Pertanyaannya, bagaimana kamu bisa menjadi penulis handal jika fokus kamu terpecah oleh pelajaran-pelajaran lain yang sama sekali tidak kamu butuhkan untuk cita²mu?
Coba saya tanya, siapa di sini yang masih ingat mata pelajaran fisika? rumus kimia? atau rumus rumit matematika (MTK)? Lalu untuk apa kamu pelajari itu semua? Toh pada akhirnya saat berhitung kamu menggunakan kalkulator dan maksimal hanya menggunakan matematika dasar (tambah, kali, kurang, dan bagi). Kemana rumus pitagoras atau rumus-rumus yang lainnya?
Kita diprogram untuk tidak bisa berkembang. Bagaimana caranya mau berkembang jika semua orang pelajarannya sama? Sementara kita sadar bahawa dokter spesialis saja harus menempuh pendidikan khusus pada bidangnya untuk menjadi spesialis. Hanya berkutat pada satu bidang yang benar-benar menjadi tujuan dan fokus.
Kalau itu dilakukan dari sejak kecil dengan program sekolah berdasarkan minat dan bakat, besar kemungkinan akan tercipta manusia yang benar-benar ahli dibidangnya dalam usia yang sangat muda. Wah, bisa sangat maju negeri ini.
Di sekolah, kita pasti pernah mendengar siswa yang bolos atau keluar pada saat jam belajar. Coba tanya alasan mereka. Kebanyakan pasti akan menjawab karena mereka tidak suka sehingga tidak ingin mengikuti pelajaran.
Orang bijak sering mengatakan, bekerjalah sesuai passionmu agar kamu tidak stress mengerjakannya. Jadikan hobi mu sebagai pekerjaan atau carilah pekerjaan sesuai hobimu, maka kamu akan merasa bahwa kamu sedang bersenang-senang padahal sedang bekerja.
Tapi sekolah berusaha mencetak semua murid menjadi sama, artinya ingin menciptakan anak yang pintar disemua bidang mata pelajaran. Saat nilai mereka anjlok di satu mata pelajaran, mereka dimarah orang tua atau bahkan tidak naik kelas. Padahal belum tentu di dunia kerja mereka membutuhkan itu.
Semuanya berhubungan dengan predikat sekolah, ketika semua murid hebat disemua mata pelajaran, maka peringkat sekolah akan naik dan lebih bagus dibanding sekolah lain.
Sekolah itu tidak penting, tapi ilmu pengetahuanlah yang penting, belajarlah darimana saja. Namun jangan karena sekolah tidak penting kalian malah berhenti sekolah, JANGAN!
Sekolah itu tidak penting untuk kesuksesan anak.
Tapi jangan salah pengertian ya.
Sekolah itu tidak penting, tapi pendidikannya itu yang penting, pendidikan mempengaruhi pola pikir, gaya bicara, lingkungan, teman, dan menambah peluang sukses, tapi bukan jaminan menjadi sukses.
Coba kita belajar dari perusahaan besar seperti Google, mereka merekrut karyawan bukan dari ijazah atau yang berasal dari pendidikan tinggi. Mereka mencari orang yang bisa mengerjakan sesuatu yang sesuai bidangnya walaupun dia masih SMP atau SMA.
Coba kita belajar dari negara Finlandia yang memiliki kualitas pendidikannya terbaik di dunia padahal tanpa Ujian Nasional (UN) dan Pekerjaan Rumah (PR) dan jam belajar mereka juga hanya 5 jam perhari. 45 menit belajar, 15 menit istirahat, dan tidak ada sistem rangking di sekolah.
Sedangkan di Indonesia? Bahkan ada sekolah yang masuk jam 6:45 lalu pulang jam 3. Sekolah dari pagi sampai sore di tambah PR lagi di rumah, gimana mau belajar yang lain?
Coba saya tanya lagi, mengapa guru di sekolah hanya mengajar satu pelajaran doang? Kenapa satu guru tidak mengajar 1 kelas untuk semua pelajaran? Kalau anak SD sih satu kelas satu guru ya karena pelajarannya mudah. Nah, kalau SMP dan SMA udah lumayan sulit kan pelajarannya?
Lalu, kenapa kalau seorang guru sendiri tidak bisa menguasai semua pelajaran, tapi malah menuntut siswa bisa menguasai semua pelajaran itu? Gak adil dong?
Tulisan ini bukan bermaksud melarang kalian pergi sekolah atau berhenti beljar mata pelajaran yang tidak kalian senangi. Tulisan ini hanya bertujuan menyadarkan kita bahwa sebodah dan sepintar apapun kamu sekolah tidak menjamin kesuksesan finansial di masa depan.
Artinya tidak perlu berkecil hati jika kamu gagal dalam mata pelajaran, apalagi sampai bunuh diri hanya karena gagal UN. Hidupmu tidak semurah itu.
Betapa banyak orang pintar & berpendidikan yang hanya jadi karyawan dan dibayar 1-4 juta, sementara orang yang tidak terlalu pintar bahkan lulusan SD doang di sekolah menjadi bos dari orang pintar tersebut dengan gaji puluhan sampai ratusan juta perbulannya.
Mungkin kita menganggap gaji 1-4 juta itu sudah lumayan, tapi pernah gak terpikir oleh kita berapa banyak uang yang dihabiskan orang tua kita untuk membiayai sekolah kita selama bertahun-tahun? Bisa kah kita menggantinya?
Memang sih orang tua tidak meminta untuk di ganti, tapi apa iya kita gak mau balas budi dengan memenuhi kebutuhannya di hari tua?
Semoga dunia pendidikan kita semakin baik lagi kedepannya, tidak mengedepankan berapa lama jam bersekolah, tapi seberapa efektif sekolah untuk menunjang kebutuhan saat kita sudah dewasa dan masuk dunia kerja.
Ujung-ujungnya tujuan akhir adalah untuk bekerja bukan?
Tulisan ini bukan bermaksud melarang kalian pergi sekolah atau berhenti beljar mata pelajaran yang tidak kalian senangi. Tulisan ini hanya bertujuan menyadarkan kita bahwa sebodah dan sepintar apapun kamu sekolah tidak menjamin kesuksesan finansial di masa depan.
Artinya tidak perlu berkecil hati jika kamu gagal dalam mata pelajaran, apalagi sampai bunuh diri hanya karena gagal UN. Hidupmu tidak semurah itu.
Betapa banyak orang pintar & berpendidikan yang hanya jadi karyawan dan dibayar 1-4 juta, sementara orang yang tidak terlalu pintar bahkan lulusan SD doang di sekolah menjadi bos dari orang pintar tersebut dengan gaji puluhan sampai ratusan juta perbulannya.
Mungkin kita menganggap gaji 1-4 juta itu sudah lumayan, tapi pernah gak terpikir oleh kita berapa banyak uang yang dihabiskan orang tua kita untuk membiayai sekolah kita selama bertahun-tahun? Bisa kah kita menggantinya?
Memang sih orang tua tidak meminta untuk di ganti, tapi apa iya kita gak mau balas budi dengan memenuhi kebutuhannya di hari tua?
Semoga dunia pendidikan kita semakin baik lagi kedepannya, tidak mengedepankan berapa lama jam bersekolah, tapi seberapa efektif sekolah untuk menunjang kebutuhan saat kita sudah dewasa dan masuk dunia kerja.
Ujung-ujungnya tujuan akhir adalah untuk bekerja bukan?