Beberapa hari yang lalu tagar #UninstallBukalapak menjadi trending topic di Twitter. Hal ini bukan karena tidak ada alasan. Ia berawal dari sebuah cuitan Achmad Zaky, Founder dan CEO Bukalapak yang mengatakan bahwa R&D negara kita hanya 2B USD pada tahun 2016. Dari data yang dikasih menunjukkan bahwa negara kita kalah dengan negara Amerika, China, Jepang, Jerman, Korea, Taiwan, Australia, Malaysia, dan Singapore. Lalu di akhir cuitan itu dia menambahkan kata mudah-mudahan presiden baru bisa menaikkan R&D Indonesia itu.
Akibat cuitan itu rating Bukalapak di Google Play Store menurun dari yang sebelumnya 4.7 bintang menjadi 4.2. bintang. Banyak netizen melakukan uninstall aplikasi Bukalapak dan memberikan bintang satu sebagai bentuk kekesalan mereka kepada CEO Bukalapak.
Lantas apa yang salah dengan cuitan tersebut?
Berikut alasan mengapa cuitan Founder dan CEO Bukalapak jadi bahan bully-an..
1. Salah Data
Manusia memang tempatnya salah dan dosa. Namun, sebagai CEO sebuah Startup yang notabennya bergerak dalam bidang teknologi berbasis internet, harusnya kesalahan informasi bisa diminimalisir.
Faktanya, data yang diberikan Achmad Zaky itu salah dan data tersebut di klaim oleh netizen berasal dari Wikipedia. Seperti yang kita tahu, Wikipedia tidak bisa dijadikan patokan untuk data berbasis akademis.
Agar tidak terjadi kesalahan informasi, kami mencoba mencari data akurat yang berasal dari situs resmi Research & Development Magazine tentang R&D negara di dunia. Di sana kami menemukan fakta mengejutkan yang bertolak belakang dengan pernyataan Achmad Zaky.
2012 - 2014
|
2015 - 2017
|
2017 - 2019
|
Dari data di atas kita bisa rincikan R&D Indonesia sebagai berikut:
- Tahun 2012 - 2013, R&D menduduki peringkat ke 40 dengan besaran 2 Billion USD. Di era ini Jokowi belum menjadi presiden.
- Tahun 2014, R&D masih menduduki peringkat ke 40 namun dengan besaran 3 Billion USD. Di era ini Jokowi baru dilantik jadi presiden.
- Tahun 2015, R&D melonjak naik dari sebelumnya peringkat 40 menjadi peringkat ke 28 dengan besaran yang naik pula dari yang sebelumnya cuma 3 Billion menjadi 8.53 Billion USD. Padahal Jokowi pada masa ini baru menjabat kurang lebih 1 tahun jadi presiden.
- Tahun 2016, R&D kita naik lagi menjadi 8.94 Billion USD.
- Tahun 2017, R&D kita naik lagi menjadi 9.42 Billion USD.
- Tahun 2018, R&D kita naik lagi menjadi 10.23 Billion USD
- Tahun 2019, R&D kita naik 1 peringkat lagi dengan menduduki peringkat ke 27 dengan besaran 11.17 Billion USD
Jadi bisa disimpulkan R&D kita terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di masa pemerintahan Jokowi dan data dari Achmad Zaky salah besar.
Makanya tidak heran banyak netizen menyesalkan data dari Achmad Zaky selaku Founder & CEO Bukalapak tersebut.
Di zaman digital ini semua orang bisa mengakses informasi darimana saja. Bahkan masyarakat awampun bisa mengecek langsung informasi tersebut. Sehingga kita harus lebih berhati-hati dalam memberikan informasi, terlebih lagi jika kita memiliki jabatan yang terpandang. Kesalahan sedikit bisa saja berakibat fatal terhadap karier yang kita punya. Bijaklah dalam mencari informasi.
2. Pemilihan Diksi
Di tahun politik, hal yang berhubungan dengan pemerintahan dan terkait dukungan capres merupakan hal yang sangat sensitif. Tidak salah kita menyuarakan pendapat dan pilihan, karena berbeda pilihan itu hal yang wajar. Selama kita tidak menyebar berita hoax, ujaran kebencian, dan fitnah.
Menyuarakan dukungan terhadap suatu kubu boleh-boleh saja tapi harus mengedepankan etika dan adab sopan santun.
Adanya kata "Omong kosong industri 4.0" diikuti kata "Presiden baru" setelahnya, netizen dan masyarakat awam pun tahu bahwa tujuannya adalah untuk mengkritik dan mengganti presiden saat ini. Meskipun Achmad Zaky mengklarifikasi bahwa maksud dari kata "presiden baru" itu bisa saja untuk Jokowi atau pun Prabowo. Namun secara logika, kata "presiden baru" lebih cendrung ditujukan untuk Prabowo kubu 02. Dan kata "omong kosong 4.0" ditujukan pada pemerintahan sekarang yang sedang menjabat.
Seperti yang kita tahu, sekarang ini yang menduduki kursi presiden adalah Jokowi. Jika Jokowi terpilih lagi dan kita menyebutnya sebagai presiden baru, maka kurang cocok dan ini berseberangan dengan definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) serta tidak masuk dalam logika berpikir.
Alangkah baiknya jika kata "baru" itu dibuang agar lebih terlihat netral dan tidak menimbulkan penyesalan pada akhirnya. Kalau bilang kayak gini kan lebih adem "Mudah-mudahan presiden bisa naikin"
Apalagi seperti yang kita tahu, Jokowi selalu mempromosikan Bukalapak kepada rakyatnya. Bahkan setelah kejadian kemarin Pak Jokowi tetap meminta rakyat untuk install aplikasi Bukalapak tanpa ada rasa benci sedikitpun.
Jadi, siapapun itu hargailah presidenmu dan berhati-hatilah berucap di sosial media. Kalau mau protes atau ngasih saran tentang R&D harusnya langsung disampaikan ke presidennya, kan sudah bertemu Jokowi beberapa kali. Kalau ngomong langsung mungkin tidak akan terjadi hal seperti ini.
Untuk netizen, saya rasa tidak perlu lah sampai uninstall Bukalapak. Walaupun saya tahu memang saat ini isu seperti itu cukup membuat panas. Apalagi ada pertarungan antara dua kubu yang selalu terjadi setiap hari di sosmed.
Sebisa mungkin kita redam hal-hal yang dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Utamakan persatuan, berbeda pilihan itu wajar. Tapi tetaplah bergandengan tangan demi kesatuan NKRI yang kita cintai.
Jadikan semua kejadian sebagai pelajaran berharga untuk kita semua. Tak perlu mencaci, memaki, menghujat, memfitnah karena hal itu jelas dilarang agama. Cukup diam dan tentukan pilihan pada tanggal 17 april 2019 nanti. Siapa pun pemenangnya kita terima dengan lapang dada. Sebab apapun yang terjadi di dunia ini, tidak lain dan tidak bukan merupakan rencana dan keputusan Allah subhanahu wa ta'ala.
Makanya tidak heran banyak netizen menyesalkan data dari Achmad Zaky selaku Founder & CEO Bukalapak tersebut.
Di zaman digital ini semua orang bisa mengakses informasi darimana saja. Bahkan masyarakat awampun bisa mengecek langsung informasi tersebut. Sehingga kita harus lebih berhati-hati dalam memberikan informasi, terlebih lagi jika kita memiliki jabatan yang terpandang. Kesalahan sedikit bisa saja berakibat fatal terhadap karier yang kita punya. Bijaklah dalam mencari informasi.
2. Pemilihan Diksi
Di tahun politik, hal yang berhubungan dengan pemerintahan dan terkait dukungan capres merupakan hal yang sangat sensitif. Tidak salah kita menyuarakan pendapat dan pilihan, karena berbeda pilihan itu hal yang wajar. Selama kita tidak menyebar berita hoax, ujaran kebencian, dan fitnah.
Menyuarakan dukungan terhadap suatu kubu boleh-boleh saja tapi harus mengedepankan etika dan adab sopan santun.
Adanya kata "Omong kosong industri 4.0" diikuti kata "Presiden baru" setelahnya, netizen dan masyarakat awam pun tahu bahwa tujuannya adalah untuk mengkritik dan mengganti presiden saat ini. Meskipun Achmad Zaky mengklarifikasi bahwa maksud dari kata "presiden baru" itu bisa saja untuk Jokowi atau pun Prabowo. Namun secara logika, kata "presiden baru" lebih cendrung ditujukan untuk Prabowo kubu 02. Dan kata "omong kosong 4.0" ditujukan pada pemerintahan sekarang yang sedang menjabat.
Seperti yang kita tahu, sekarang ini yang menduduki kursi presiden adalah Jokowi. Jika Jokowi terpilih lagi dan kita menyebutnya sebagai presiden baru, maka kurang cocok dan ini berseberangan dengan definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) serta tidak masuk dalam logika berpikir.
Alangkah baiknya jika kata "baru" itu dibuang agar lebih terlihat netral dan tidak menimbulkan penyesalan pada akhirnya. Kalau bilang kayak gini kan lebih adem "Mudah-mudahan presiden bisa naikin"
Apalagi seperti yang kita tahu, Jokowi selalu mempromosikan Bukalapak kepada rakyatnya. Bahkan setelah kejadian kemarin Pak Jokowi tetap meminta rakyat untuk install aplikasi Bukalapak tanpa ada rasa benci sedikitpun.
Jadi, siapapun itu hargailah presidenmu dan berhati-hatilah berucap di sosial media. Kalau mau protes atau ngasih saran tentang R&D harusnya langsung disampaikan ke presidennya, kan sudah bertemu Jokowi beberapa kali. Kalau ngomong langsung mungkin tidak akan terjadi hal seperti ini.
Untuk netizen, saya rasa tidak perlu lah sampai uninstall Bukalapak. Walaupun saya tahu memang saat ini isu seperti itu cukup membuat panas. Apalagi ada pertarungan antara dua kubu yang selalu terjadi setiap hari di sosmed.
Sebisa mungkin kita redam hal-hal yang dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Utamakan persatuan, berbeda pilihan itu wajar. Tapi tetaplah bergandengan tangan demi kesatuan NKRI yang kita cintai.
Jadikan semua kejadian sebagai pelajaran berharga untuk kita semua. Tak perlu mencaci, memaki, menghujat, memfitnah karena hal itu jelas dilarang agama. Cukup diam dan tentukan pilihan pada tanggal 17 april 2019 nanti. Siapa pun pemenangnya kita terima dengan lapang dada. Sebab apapun yang terjadi di dunia ini, tidak lain dan tidak bukan merupakan rencana dan keputusan Allah subhanahu wa ta'ala.