Guys maaf tanpa bermaksud menggurui, tapi emang bener dipikir-pikir mata uang kok macam domba pegunungan yah, jalan naik turun.
Sebagaimana kita ketahui beberapa hari kemarin rupiah merosot derastis sampai menyentuh angka 15ribu per dolar. Dan alhamdulillah rupiah rada kuat kembali ke level 14.871,05.
Kok bisa?
Sesungguhnya sejak tahun 1998 rupiah memang sempoyongan. secara statistik lambat-laun rupiah terus mengalami pelemahan hingga pemerintahan Jokowi sekarang, yang aduhai sial di era beliaulah rupiah malah nyungseb signifikan.
Rizal Ramli, seorang fakar ekonom tanah air, dari tahun-tahun ke belakang sebetulnya sudah mewanti-wanti bahwa ekonomi Indonesia berada di lampu kuning.
Beberapa orang mengatakan, karena sentimen global, masalah Turki, Argentina, perang dagang, sampai gara-gara kebijakan the FED (bank sentral Amerika).
Namun Rizal Ramli mengkritik, justru akibat pemerintah salah mengambil keputusan. bahkan tadi di televisi beliau mengatakan akar masalah adalah mentri perdagangan dan keuangan, harusnya Jokowi pecat mereka.
Apa yang dijelaskan Rizal Ramli pun senada dengan pendapat ekonom senior, Kwik Kian Gie.
Ia mengungkapkan ada dua faktor yang membuat kondisi ekonomi melemah;
Pertama, penguasa dan para pembantunya tidak terlalu paham dengan praktik ekonomi, melainkan hanya fasih menjalankan teori.
Kedua, struktur kebijakan pemerintah saat ini terlalu liberal, yang kemudian melahirkan spekulasi di pasar keuangan sangat tinggi. Satu pihak berkomentar, kemudian pemerintah bereaksi dan menimbulkan sentimen yang tinggi di pasar keuangan.
Namun, apapun demikian, semua hanyalah soal teknis dan non-teknis belaka. Secara fundamental memang mata uang seluruh dunia akan mengalami naik turun (pluktuatif).
Begini, setiap negara kan memiliki kekayaan masing-masing, hanya saja untuk memenuhi kebutuhan dalam satu negara tidak semua tersedia, terjadilah saling beli produk serta jasa antar negara. Dari perniagaan internasional itu ada beberapa negara yang pintar berbisnis, lihai membuat produk-produknya laku keras, lantas dari hasil dagang mereka diberikan duitnya demi kemajuan bangsa.
Singkatnya, Jika di suatu negara dalam sektor ekonomi maju, berarti kuliatas produk serta sumber daya manusia mereka luarbiasa, dengan produk-jasa bagus tentu akan membuat gampang digandrungi negara-negara lain untuk dibeli produk-jasanya itu,
Semakin negara-negara butuh kepada kita - misal Indonesia - sebagaimana penjelasan di atas, maka banyak negara yang membutuhkan rupiah, semakin rupiah dibutuhkan semakin mahal.
Jadi apabila nilai rupiah kuat, tentu akan menyebabkan banyak orang mudah sejahtera, bila orang sudah kebanyakan kaya, automatis rata-rata pendapatan penduduk tinggi, kalo sudah pada kaya orang-orang Indonesia bakal banyak mendirikan perusahaan, dan investasi dalam pertarungan pasar global.
Sekali lagi, semakin rupiah berserakan di dunia semakin dunia butuh rupiah.
Cara demikian di atas diamalkan oleh negara-negara kapitalis seperti Amerika, cuman mereka terkadang suka agak picik.
Jadi ada suatu negara berkembang sedang urgen membutuhkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan bangsanya, maka negara-negara maju berdatangan untuk melobi supaya mau minjem duit kepadanya, mereka akan pinjamkan dana lumayan gede dengan bunga yang pasti sangat fantastis.
Biasanya tanpa pikir panjang banyak negara kepincut oleh rayuan mereka. Nah bilamana berhasil siap-siap negara itu akan terperangkap. Iya dong, jika negara-negara itu ngutang, artinya mereka tiap tahunnya akan membutuhkan mata uang asing untuk membayar hutang serta-merta bunga itu. Sebagaimana penjelasan di atas; semakin mata uang asing tertentu dibutuhkan demikian semakin mahal.
Sederhana bukan?
Seyogyanya ilmu ekonomi memang ribet, tapi logika-logikanya sederhana; perspektif sederhana ini dipakai oleh Rizal Ramli yang meramalkan akan krisis monetor 1998, tetapi dulu pemerintah tidak dengar yang malah serampangan ngutang terhadap bank IMF, sehingga kita hingga hari ini ketergantungan terhadap dolar; butuh dolar untuk ngebayar kepada bank-bank asing, yang disaat itu pula konyolnya Indonesia masih gemar impor, mau pemerintah atau pun masyarakatnya.
Jadi silahkan simpulkan sendiri.