- Anak ayam :
Mak, kita semua kok namanya sama, yaitu AYAM. Gak seperti manusia. Masih kecil sudah punya nama. Seperti : Pri, Topo, Bams, wiwid, Tyo, Susilo, Hardi, Nyonni, Cimot, dll.
- Induk ayam :
Nak! Manusia yang masih hidup nama nya memang banyak, tapi nanti kalau sudah mati, nama nya satu, yaitu MAYAT. Beda dengan kita. Kalau kita sudah mati baru nama nya banyak.
Ada yang nama nya:
- Ayam goreng,
- Ayam bakar,
- Ayam panggang,
- Ayam pop,
- Ayam penyet,
- Sate ayam,
- Opor ayam,
- Gulai ayam,
- Soto ayam
- Rendang ayam,
- Lodo ayam,
- Asem-asem ayam,
- Bubur ayam,
- Ayam kecap,
- Ayam betutu,
- Ayam rica2,
- Ayam kremes, dan banyak lagi yang lainnya.
- Anak ayam :
Oh gitu, Mak! Jadi nggak boleh iri ya sama manusia, mereka itu nggak berguna kalau sudah mati, tapi kita ini berguna kalau sudah mati.
***
Cerita ini terdengar lucu ya, bayangkan saja anak ayam ingin punya nama seperti manusia. Selain itu jawaban induknya juga terkesan bangga menjadi makanan. Memang sih namanya lumayan jadi keren gitu. Hehe..Meskipun cerita ini hanya cerita fiksi, karangan semata, untuk hiburan. Namun tersirat pelajaran yang bisa diambil oleh manusia tentang kehidupan ini. Sebagai manusia kita boleh bangga dengan apa yang kita punya, tapi percayalah, itu hanya sebatas umur kita saja. Kalau umur panjang, alhamdulillah, nah, kalau pendek?
Berbahagialah kita yang masih merasakan hidup. Masih diberikan waktu, masih mempunyai fungsi dan peran dikehidupan yang sementara ini. Manfaatkan sisa hidup ini sebaik-baiknya. Jangan sombong, jadilah manusia yang bermanfaat untuk orang lain, setidaknya bagi diri sendiri maupun keluarga tercinta.