Rumit, Hingga Ada yang Mengakhiri

Cinta, siapa sih yang tidak kenal dengan kata itu. Bahkan anak yang masih ingusan saja sudah bermain dengan kata yang sering dilambangkan dengan simbol hati itu. Bagaimana tidak, satu-satunya kata yang bila disandingkan dengan kata "jatuh" malah berarti hal yang membahagiakan. Padahal yang namanya jatuh biasa sakit, namun kata ini menjadi jauh berbeda.
Cinta, Rumit, Sedih, Kecewa
Jatuh cinta tidak bisa direkayasa, ini bukan hanya bagian dari sebuah lirik lagu. Tapi begitulah nyata adanya. Kita tak mampu memilih kepada siapa dan kapan hal itu akan terjadi, dan kita juga tidak bisa memaksa orang lain untuk membalas atau melarangnya untuk tidak jatuh kepada kita. Sebab cinta sendiri memang anugerah, yang datang tanpa bisa di cegah dan pergi dengan meninggalkan harapan yang musnah.

Mengherankan memang, cinta tak selamanya jatuh pada orang yang tepat. Ia bisa saja seperti sepercik api di bawah jerami, yang tak bisa ditebak kapan ia akan melahap atau malah padam dengan sejuta keajaiban. Sebesar apapun cinta itu berkobar, cinta yang murni tak akan berpaling dari tujuan ia datang, yaitu untuk membahagiakan.

Tidak ada yang tidak mungkin bila cinta itu mulai hadir. Karena ia merupakan perantara dari perubahan takdir sebelumnya. Hmm...Banyak orang berubah karenanya, ada yang berubah positif dan ada pula menjadi negatif. Pantaskah kita sebut cinta itu sama seperti nafsu? Ku rasa itu tergantung siapa dirimu dan apa tujuanmu.

Ada hal yang kuhargai dari cinta, setiap dia datang, pasti ada sebuah pengorbanan, penolakan, cobaan, dan pengalaman. Mungkin itu yang bisa harus kita pertimbangkan. Kemunculannya bukan semata-mata untuk memberikan kebahagiaan. Melainkan sebagai bentuk pelajaran agar kita lebih menghargai apa yang kita punya.

Benci, rasa yang keluar karena kecewa. Bukan karena dia menyakiti, melainkan karena kamu yang berharap terlalu tinggi. Setiap orang punya batasan, batasan yang membuatnya sulit untuk berubah. Bukan tidak bisa, tapi semuanya perlu terbiasa. Siang dan malam saja butuh waktu, apalagi perilaku, yang kadang terpaku pada satu pintu.

Bahagia itu bukan tentang kamu dan aku, tapi tentang kekuranganku dan kekuranganmu. Seberapa besar kita bisa menjaga, agar tidak ada luka yang menganga. Lantas bagaimana jika itu sudah terjadi? atau luka yang lama kambuh kembali? Percayalah, semua itu adalah cara Tuhan mengajarkan kita. Mengajarkan untuk tidak terlalu mencintai, karena hal itu akan menjadi belati, yang sudah siap merobek hati.

Terlalu mencintai memang tanda bahwa dia tidak mau kamu pergi, makanya kamu merasa dia sudah mulai membatasi. Bukan dia kejam melainkan dia terobsesi oleh rasa cintanya sendiri. Bukan dia tak mau menghargai, melainkan dia sulit untuk jauh darimu, dari orang yang selalu dia ingin bertemu.

Salah, begitulah kelihatannya. Tapi bagaimana dengan dia? Dia sendiri sudah tenggelam dalam cintanya sendiri. Bagaiman dia bisa sadar jika tidak ada tempat untuk bersandar. Mungkin hanya waktu yang pada akhirnya membuatnya memudar.

Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

BCA Blu - Saifullah (007847464643)

Mandiri - Saifullah (1460019181044)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan memberikan DONASI. Tekan tombol merah.

Penulis

Saifullah.id
PT Saifullah Digital Advantec

Posting Komentar

Popular Emoji: 😊😁😅🤣🤩🥰😘😜😔😪😭😱😇🤲🙏👈👉👆👇👌👍❌✅⭐