Setelah lulus SD aku melanjutkan
sekolahku ke SMP tempat abangku dulu bersekolah, yaitu SMP Negeri 2 Seranggam
yang sekarang telah berubah nama menjadi SMP Negeri 1 Selakau Timur. Lokasinya
sekitar 5 Km dari rumah jika menggunakan jalan pintas. Pergi ke sekolah bisa
menggunakan 3 jalur alternatif. Bisa lewat desa Bentunai, desa Gelik, ataupun
desa Seranggam. Aku sering kali pulang pergi lewat desa Gelik karena terbilang
lebih dekat. Sementara kalau lewat desa lain seolah-olah jalannya membentuk
lingkarang, jadi agak jauh.
Saat diperjalanan ingin pergi
mendaftar di sekolah tersebut, bapakku berhenti di depan sebuah SD di
Gelik berhubung saat itu aku diantar sama bapak. Ternyata ada teman bapak lama
bapak yang memanggil. Temannya tersebut mengajar di sana. Terjadilah perbincangan
singkat.
Teman Bapak:
Assalamu'alaikum. Apa kabar pak?
Bapak: Wa'alaikumsalam.
Alhamdulillah baik. Bapak gimana kabarnya?
Teman Bapak: Alhamdulillah
sehat pak. Mau kemana ini pak?
Bapak: Ini mau daftarin anak
sekolah ke seranggam.
Teman Bapak: Mau masuk SD ya
pak?
Bapak: Eh, mau masuk SMP ini
pak. Haha..
Teman Bapak: Waduh, saya
kira baru mau masuk SD pak. hehe..(Kebetulan tubuhku memang terbilang kecil
dari anak yang lain). Nim nya berapa pak? (lanjut beliau)
Bapak: 35,sekian (aku lupa koma berapa nim ku dulu hehe)
Teman Bapak: Wah, ternyata
kecil-kecil cabe rawit ini hehe..
Bapak: Iya pak, dia selalu
dapat juara di sekolahnya pak. hehe.. O,ya udah dulu ya pak, mau lanjut
perjalanan dulu. Assalamu'alaikum.
Teman Bapak: Oh, iya pak. Hati-hati dijalan pak. Wa'alaikumsalam.
Setelah datang ke sekolah aku dan bapakku mulai mempersiapkan berkas pendaftaranku, ternyata sudah banyak yang
mendaftar. Aku sedikit khawatir akan diterima di sana. Eh selang seminggu saat
pengumuman daftar siswa yang diterima aku datang lagi bersama bapak. Kami nama
satu persatu tidak ketemu dan aku mulai pesimis. Saat itu aku baca yang di atas
hanya sekilas, karena rasanya tidak mungkin namaku diatas. Tapi dibaca dibagian
bawah tidak ada. Lalu aku mulai pencarian lewat Nim karena namanya diurutkan dari
nim tertinggi ke nim yang terendah. Akhirnya aku menemukan namaku tepat di
nomor 2 paling atas. Bapak ku ketawa bahagia dan sedikit tidak menyangka,
mungkin bapak mengira namaku juga ada dibawah karena banyak sekali siswa yang
mendaftar. Bahkan ada siswa yang tidak diterima. Aku hanya bisa bersyukur dalam
hati karena sainganku cuma 1 orang kalau untuk berprestasi :v
Singkat cerita, akupun mulai beraktivitas sebagai siswa baru di sana. Mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) dan banyak lagi yang lainnya. Namun yang anehnya, saat MOS bukannya aku akrab dengan teman seangkatan duluan malah akrab dengan 2 Senior Cantik (kak E dan L). Haha.. Mereka berdua hampir setiap hari pergi kekelasku sambil ngajak ngobrol dan jalan keliling sekolah, kadang diajak ke kantin bersama. Kebetulan kelasku dekat dengan kelas mereka, karena aku masuk kelas A, yaitu kelas orang-orang yang NIM nya tertinggi. Jadi posisi kelas berdekatan dengan kelas senior. Awal ketemu aku, mereka bilang aku imut dan lucu haha :v Aku sih senang-senang aja dibilang begituan. Lagipula kakaknya cantik :v Bahkan aku pernah diajak main ke kelasnya, diperkenalkan ke temannya yang lain. Pas masuk kelas, senior yang cewek sih pada deketin dan kenalan sama aku. Tapi gak tau kenapa senior yang cowok kayak ada yang iri dan mencoba menggangguku. Jadi senior cewek yang melarang mereka dan aku diajak keluar lagi.
Kedua kakak itu baik sekali. Ketika kami baru dapat dasi sekolah, aku kebingungan memakai dasinya. Dasi SMP kan berbeda dengan dasi SD yang hanya pakai karet. Dasi SMP sudah seperti dasi kerja. Jadi kedua kakak itu yang mengajarkanku cara menggunakannya, malah kadang mereka yang memasangkan langsung ke leherku. Kayak suami istri gitu. Romantis ya.. hehe