Terima Kasih Teman

T: Temanku
A: Aku
(Kubuka sebuah cermin, mataku terlihat sedikit sembab karena menangis semalam, ah semoga saja tidak terlihat, lagipula selama ini temanku itu tidak pernah menghiraukan penampilanku)
T: "Duh setiap aku pulang kerja gini pasti hujan, Sudah lama menunggu ya?"
A: "Baru saja," (kataku mencoba bersemangat sembari tersenyum menatapnya, lalu hanya sekejap saja aku langsung tertunduk kembali, menatap secangkir teh hangat ditanganku)

(Lalu suasana menjadi hening, tidak kudengar ia mengatakan sesuatu, aku hanya tau ia sedang duduk di depanku, mungkin sedang menatapku, atau mungkin juga tidak, mataku semakin tenggelam kedasar secangkir teh yang aku genggam)

T: "Wah, makasih udah di pesanin kopi, dikantor banyak sekali kerjaan, denger kamu ngajak minum kopi, aku jadi semangat lagi, ah I love coffee."
(Syukurlah, sepertinya ia tidak memperhatikan, ku angkat wajahku, berpura-pura ceria seperti biasanya, lalu ia terlihat sedang tersenyum menatapku, akupun membalas tersenyum)
T: "Katakanlah".
A: "Hah? Apa?".
T: "Haha payah".
A: "Apanya?".
T: "Acting kamu payah"
(Aku tersentak, ternyata dia menyadarinya, ia masih menatapku, kucoba untuk berbicara namun urung, bibirku seolah ingin menceritakan segalanya, tapi sedikitpun tidak bersuara)
T: "Apa kamu baik-baik saja?", sahutnya.

(Tidak nampak lagi senyuman diwajahnya, akupun tidak menjawab)
T: " Hei, bukankah aku temanmu?"
A: "Aku sedang tidak baik," kataku pelan.
T: "Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"
A: (Aku diam sejenak), "tidak ada," sahutku.
T: "Apa dia menyakitimu lagi?"
(Ia menatapku dengan serius, aku terdiam, tak terasa mataku sedikit basah)
T: "Dia memukulmu?"
A: "Tidak".
T: "Apa lagi-lagi karena wanita lain?"
(Kali ini kurasakan airmata mengalir dipipiku)
T: "Tinggalkan dia".
(Seketika aku menatapnya saat mendengar kalimat itu, wajahnya terlihat begitu marah, akupun hanya terdiam)
T: "Kenapa? Apa yang kamu takutkan"
A: "Tidak semudah itu". Suaraku terdengar semakin berat.
T: "Tidak sesulit yang kamu bayangkan, percayalah, kamu hanya perlu mencoba untuk memulai, seiring berjalannya waktu semua akan baik-baik saja".
(Aku menggelengkan kepala)

A: "Dia sudah meminta maaf," (sahutku pelan dan menatapnya berharap ia mengerti)
T: "Tapi rasa sakit itu masih tetap ada bukan?"
(Aku tertunduk, lalu kulihat air mataku menetes kedalam secangkir teh yang sedari tadi sama sekali tidak kuminum, aku menangis. Kudengar ia menghela nafas, tidak mengucapkan apa-apa lagi, hanya duduk terdiam, mungkin saja ia sedang melihatku dengan tatapan kasihan, atau entahlah)
T: "Baiklah, lakukan apa yang ingin kamu lakukan, tetaplah bersamanya, rasakan sakitnya sampai kamu terbiasa dengan rasanya, menangislah lagi dan lagi sampai kamu merasa bosan, asalkan kamu tetap mentraktirku secangkir kopi, rasanya sekedar duduk disini menemanimu bukanlah hal yang merepotkan."
(Mendengar kalimat itu aku tersenyum, dengan mata yang tetap saja basah, dia begitu memahamiku, amarahku, kekonyolanku dan kebodohanku ini, dia selalu saja mengerti, setidaknya kehadirannya sedikit membantuku)
T: "Hmm, syukurlah ada sedikit senyuman diwajahmu, kamu tau? Saat menangis kamu terlihat jelek sekali."
(Senyumkupun semakin melebar)
A: "Terimakasih, teman."
(Dia hanya tersenyum, lalu menikmati kopinya yang sepertinya sudah dingin)

By: EYP


Gambar terkait:




Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

BCA Blu - Saifullah (007847464643)

Mandiri - Saifullah (1460019181044)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan memberikan DONASI. Tekan tombol merah.

Penulis

Saifullah.id
PT Saifullah Digital Advantec

Posting Komentar

Popular Emoji: 😊😁😅🤣🤩🥰😘😜😔😪😭😱😇🤲🙏👈👉👆👇👌👍❌✅⭐