Karya: EYP
Kau tahu sayang
Badai kemarin sungguh mengerikan
Angin dengan kuatnya datang menghempas
Namun lihatlah sayang
Akarku masih kokoh mencengkeram
Kemarinpun hujan turun begitu deras
Butiran hujan jatuh menghantam tak henti-henti
Namun lihatlah sayang
Tak satupun daunku koyak
Dan kelopakku yang dulu kau bilang begitu indah
Butiran-butiran embun kini menghiasinya sayang
Tidakkah kau lihat semakin indah?
Namun entah sejak kapan duri-duri itu ada disana sayang
Tajam, begitu tajam
Jangan kau rengkuh sayang
Kau akan terluka, biarkan
Cukup kau lihat saja
Aku akan merekah dengan indahnya
Begitulah diriku sayang
Peristiwa kemarin membuatku berduri bak sekuntum mawar
Namun lihatlah sayang
Senyum kini terlihat
Tersungging dibibir yang dulu kau bilang begitu manis
Aku sudah kembali tersenyum sayang
Tak mengapa bukan lagi untuk siapa
Kau tahu sayang
Badai kemarin sungguh mengerikan
Angin dengan kuatnya datang menghempas
Namun lihatlah sayang
Akarku masih kokoh mencengkeram
Kemarinpun hujan turun begitu deras
Butiran hujan jatuh menghantam tak henti-henti
Namun lihatlah sayang
Tak satupun daunku koyak
Dan kelopakku yang dulu kau bilang begitu indah
Butiran-butiran embun kini menghiasinya sayang
Tidakkah kau lihat semakin indah?
Namun entah sejak kapan duri-duri itu ada disana sayang
Tajam, begitu tajam
Jangan kau rengkuh sayang
Kau akan terluka, biarkan
Cukup kau lihat saja
Aku akan merekah dengan indahnya
Begitulah diriku sayang
Peristiwa kemarin membuatku berduri bak sekuntum mawar
Namun lihatlah sayang
Senyum kini terlihat
Tersungging dibibir yang dulu kau bilang begitu manis
Aku sudah kembali tersenyum sayang
Tak mengapa bukan lagi untuk siapa
Makna Puisi:
Puisi ini menggambarkan perasaaan seorang wanita yang telah terluka akibat kekasihnya beberapa waktu yang lalu. Permasalahan hubungan mereka membuatnya menangis namun semua itu tak membuatnya hancur, melainkan terus menjadi wanita yang cantik. Tapi yang namanya masalah, sekecil apapun itu akan menyisakan bekas, sehingga ia berubah menjadi lebih peka dan memproteksi diri. Meskipun demikian wanita itu tetap perhatian, walaupun dia bukan seperti yang dulu yang bisa disentuh, dan kini dia telah kembali bangkit dari kekecewaan yang dia rasakan, namun senyum yang mewarnai bibirnya bukan lagi untuk sang kekasih, karena hubungan itu sudahlah musnah.
Mutiara Hikmah:
Jangan pernah melukai hati seseorang, karena hati itu seperti kaca yang ketika kau hantam sekali akan retak apalagi berkali-kali hingga ia pecah. Meskipun kau coba tuk menyusunnya kembali dengan lem perekat, mungkin kau berhasil membuatnya utuh, tapi sadarlah kau telah meninggalkan goresan dan retakan yang kau sendiri mampu melihatnya. Sama halnya ketika kau melakukan kesalahan dan meminta maaf, maaf mungkin kau dapatkan, tapi itu tak menjadikan kesalahan yang kau perbuat hilang dari ingatan. Apalagi kau memintanya menjadi orang yang sama seperti beberapa waktu yang lalu. Apakah itu mungkin? Kecuali kau lebur semua serpihan kaca itu n membuatnya baru kembali. Tapi percayalah, dia takkan seperti dulu lagi.
Jangan pernah melukai hati seseorang, karena hati itu seperti kaca yang ketika kau hantam sekali akan retak apalagi berkali-kali hingga ia pecah. Meskipun kau coba tuk menyusunnya kembali dengan lem perekat, mungkin kau berhasil membuatnya utuh, tapi sadarlah kau telah meninggalkan goresan dan retakan yang kau sendiri mampu melihatnya. Sama halnya ketika kau melakukan kesalahan dan meminta maaf, maaf mungkin kau dapatkan, tapi itu tak menjadikan kesalahan yang kau perbuat hilang dari ingatan. Apalagi kau memintanya menjadi orang yang sama seperti beberapa waktu yang lalu. Apakah itu mungkin? Kecuali kau lebur semua serpihan kaca itu n membuatnya baru kembali. Tapi percayalah, dia takkan seperti dulu lagi.