Pada kesempatan ini aku cuma ingin bercerita tentang pengalamanku berada di Pontianak yang sedikit mengubah hidupku. Semoga tidak terjadi pada kalian. Aamiin..
Ketika aku melanjutkan sekolahku
ke bangku kuliah, aku disuruh abangku tinggal di asrama sambas, tepatnya di
Jalan Penjara gang Cendana. Abangku menyuruhku tinggal di sana karena di sana
murah, tidak jauh dari kampus, dan ada
organisasi di dalamnya. Namun, sebelum
tinggal di sana, mahasiswa baru harus dites ataupun diospek, tepatnya di
interview dan di suruh piket. Awalnya aku senang saja karena banyak teman baru
dan suasana baru. Tapi setelah itu terjadi perubahan setelah aku lulus tes
tersebut. Senior di asrama bilang, abangku memasukkanku ke asrama supaya aku
pandai ngomong. Mendengar itu, aku jadi sangat kesal dan malas serta menutup
diri dari para senior.
Ketika aku SD, SMP, SMA aku tidak
pernah diremehkan begini oleh orang lain, ketika hal itu terjadi dan
dilakukan oleh abang sendiri. Di bangku SD aku sangat di hormati guruku, selain
karena bapakku temannya, aku juga sering juara. Di SMP aku di senangi oleh
guru dan teman. Baru masuk sekolah saja kakak kelas ngajak aku kenalan dan
tidak lama kemudian aku dapat kado dan ditembak oleh seorang cewek, kemudian
guru-guruku suka padaku, mereka sering memujiku bahkan ada yang mengirimkan
surat pribadi kepadaku. Aku selalu juara kelas, kalau tidak juara satu, aku
mendapat juara dua. Selain itu aku pernah memenangkan juara pidato bahasa
Inggris, lomba Matematika, dan lomba pidato bahasa Indonesia tingkat kabupaten.
Aku juga tidak jarang mengikuti olimpiade Fisika, Astronomi, Sejarah, dan
Matematika, di Sambas. Ketika kelulusan SMP aku meraih nilai bahasa Inggris
tertinggi dari teman-temanku. Setelah di
SMP seranggam aku lulus, aku
melanjutkan ke MAN Model Singkawang. Di Singkawang aku juga memiliki banyak
teman dan berhasil mendapat juara satu pada kelas XI. Awalnya aku hanya
menduduki peringkat 5, 3, dan akhirnya 1. Aku juga biasa ikut olimpiade Fisika.
Di Singkawang aku juga tinggal di asrama selama 6 bulan lalu pindah ke rumah
Masjid, karena lebih dekat dan tidak bayar. Aku hanya perlu menjadi remaja masjid dan mengurus
masjid. Aku tidak bermasalah dengan teman-teman di SMA.
Ketika kuliah aku menemukan
banyak masalah. Mulai dari aku di remehkan saudara sendiri, sampai masalah
tempat tinggal, pengaturan waktu, dan uang bulanan. Aku merasa tidak betah
tinggal di asrama, orang di sana seperti merendahkanku karena sebelum aku
tinggal di sana abangku sudah ngomong seperti itu. Selain itu di asrama juga
ada kejadian yang tidak aku suka, mulai dari barang pribadiku sering dipinjam,
sepeda motor sampai sedikit rusak, dan ada kasus pencurian yang aku tau dan teman
tahu pelakunya. Di asrama juga sulit untuk mengikuti kegiatan kampus, karena
terkadang kegiatan asrama dan kampus di waktu yang bersamaan. Akhirnya, aku
cerita kepada orang tua untuk pindah, tetapi tidak bercerita dengan abang,
karena aku tahu pasti dia tidak setuju. Aku langsung mencari kos-kosan. Dan
akhirnya aku pindah ke rumah di paris 2. Di sana aku tidak menemukan
permasalahan dengan orang lain, pemilik rumah dan anak yang kos di sana baik
semua. Namun, yang kemudian jadi masalah adalah uang bulanan. Setelah aku
pindah, abangku meminta orang tuaku untuk memotong bulananku. Jadi aku uang
bulananku cuma 600 ribu perbulan. Aku jadi sering tidak makan, berhutang dengan
pacarku, dan makan di tempatnya. Untuk biaya kuliah keperluan kuliah pun agak
sulit. Akhirnya aku pindah ke kontrakan di Adi Sucipto gang Pelita. Di sana
tidak ada yang bermasalah dengan tetangga, tetangganya baik. Biasanya kami di
berinya lauk dengan buah-buahan, ketika kami datang, mereka mengadakan acara di
rumah kami. Semuanya baik sekali. Uang bulananku pun kembali normal setelah aku memberitahu orang tuaku aku kekurangan uang. Tapi sayangnya tempatnya agak jauh dari
kampus. Jadi setelah setahun tinggal di sana kami pindah ke Jalan Imam Bonjol
gang Haji Ali. Senang rasanya, sebab di sini dekat dengan kampus. Namun, ketika
baru pindah kami di sambut tetangga sebelah dengan wajah masam dan seperti
tidak suka. Rumah yang akan kami tinggali berantakan karena ulah mereka. Jadi
kami harus membersihkannya terlebih dahulu. Setelah seminggu kami membersihkan
rumah. Rumah ini pun siap di huni.
Permasalahan dengan tetangga
mulai terjadi. Kami sebagai orang baru, tidak sama sekali di hormati. Yang ada
mereka marah-marah dan selalu menggunjing kami. Anehnya kami menemukan wc kami
selalu terdapat lubang baru ketika lubang lama ditutup. Kebetulan dinding wc
berhadapan dengan mereka. Kami juga mendapati ruang kamar yang bersebelahan
dengan kontrakan mereka berlubang, padahal itu dinding semen. Kami mulai curiga
mereka mengintip cewek yang tinggal di sini, tapi kami diam saja karena belum
menemukan bukti yang kami lihat sendiri bahwa mereka melakukannya. Sampai
akhirnya kami menemukan mereka memanjat dek di atas kamar. Jadi dari sanalah
kami berkesimpulan bahwa lubang yang banyak tersebut ulah mereka semua. Pada
malam itu kami berencana untuk datang ketempat mereka untuk membicarakan hal
mereka ngintip cewek-cewek yang bersebelahan dengan kamar kami. Kami datangi
rumah mereka, mereka tidak nampak satu orangpun. Biasanya ngumpul di luar
rumah. Kami lihat dari kaca ternyata mereka diam-diam berkumpul sesama
temannya. Setelah kejadian itu, mereka meninggalkan rumah selama satu hari.
Jadi kami semakin yakin itu ulah mereka semua, buktinya mereka lari setelah
melakukan kesalahan.
Tamu itu raja, bukan budak!
Suasana seperti ospek pun terjadi di sini. Kami diminta mereka untuk menyapa
mereka ketika lewat, kami lakukan itu tapi mereka acuh tak acuh. Setelah di
lakukan berkali-kali mereka seperti itu. Kami menutup mulut untuk tidak menyapa
lagi. Beberapa hari kemudian mereka marah-marah dan mengancam akan mencuri
barang-barang kami dan akan membuat hidup kami tidak tenang di sini. Kami
memutuskan untuk menutup pintu meskipun kami ada di rumah, apabila ada
pencurian kami akan menyalahkan mereka. Karena mereka sudah berniat seperti
itu.
Yah, ternyata mereka memang suka
mengintip. Aku tidak ingin suuzon dengan orang lain, setelah kejadian di intip.
Aku bertanya kepada orang yang pernah tinggal di sini. Ternyata mereka pernah
mengintip di kontrakan ini sebelum kami di sini. Astaghfirullah..
Sampai sekarang kami tidak
menyapa mereka. Toh, kami tidak pernah mengusik ataupun berbuat salah.
Seharusnya mereka yang minta maaf, sudah menggangu, mengusik, menggunjing,
kehidupan tetangga sendiri.
Jika tidak bisa memberikan
kebaikan kepada orang lain, jangan pernah mengganggunya!