Ujian Nasional (UN) Tidak Penting?

Ujian Nasional (UN)
Ujian merupakan penentu seseorang itu bisa lulus atau tidak. Namun mereka yang lulus belum pasti mereka lebih pintar dan mereka yang tidak lulus juga bukan berarti mereka lebih bodoh. Ujian yang menggunakan pilihan ganda memungkinkan segala hal terjadi. Dalam menjawab soal ujian terdapat unsur spekulasi dan untung-untungan. Kecurangan juga sangat mungkin terjadi karena jawaban disimbolkan dengan alfabet yang dengan bantuan teknologi atau pun dengan alat lain dapat dengan mudah dikirim dengan cepat. Banyak bukti yang bisa kita lihat di tv, koran atau di lingkungan sekitar kita. Siswa menangis tidak lulus karna mecontek kunci jawaban yang salah. Ujian menjadi hal yang ditakutkan oleh siswa. Jika mereka tidak lulus maka  itu adalah hal yang sangat menyedihkan. bayangkan saja karna ujian yang hanya dilaksanakan beberapa hari menyebabkan siswa yang sekolah selama 3 tahun tidak dapat melanjutkan kejenjang berikutnya.

Memang tidak selamanya hal tersebut berdampak negatif. Di sis lain, ujian memberikan pengaruh yang positif. Diantaranya dengan diadakannya ujian sebagian siswa menjadi rajin belajar. Namun kata belajar disini dipersempit dengan belajar soal-soal ujian. Padahal belajar lebih dari itu. Yang sangat disayangkan lagi, ada yang belajar bagaimana caranya supaya mendapat contekan. Mencontek sepertinya sudah menjadi barang yang tidak asing bagi siswa. Disebabkan ingin mendapatkan nilai yang memuaskan, segala cara mereka lakukan. Jadi pantaskah ujian menjadi patokan seseorang bisa lulus? Memang, sekarang yang menjadi pertimbangan kelulusan bukan hanya dari ujian, melainkan dari nilai raport dan ujian sekolah juga.  Namun tidak menutup kemungkinan semua itu direkayasa sedimikian rupa. Tentu kita pernah mendengar di tv ada guru yang mengarkan murid ketika ujian. Dengan kata lain guru juga ingin anak didiknya lulus, apalagi 100%. Jika hal tersebut terjadi tentu membanggakan guru-guru dan sekolah, karena sekolah akan dinilai baik oleh masyarakat. Kalau dalam ujian saja guru berani mengajarkan lalu bagaimana dalam memberikan nilai dalam rapot sekolah atau ujian sekolah yang soalnya dibuat sendiri oleh guru-guru?

Satu hal lagi yang harus diperhatikan. Siswa memiliki kecerdasan majemuk dan memiliki sifat yang beragam-ragam. Setiap siswa memerlukan perlakuan yang berbeda termasuk cara belajarnya. Ada yang diancam akan lebiah giat belajar, ada juga yang diberkan penyadaran akan giat belajar dll. Dengan kata lain, tidak mungkin menggunakan satu sistem atau metode pada siswa yang beribu-ribu.

Ujian memeang tidak bisa di tinggalkan karena menjadi tolok ukur standarisasi negara. Yang menjadi masalah selama ini kita melihat ukuran yang salah. Banyak kecurangan yang terjadi sehingga data yang kita lihat hanyalah sebuah rekayasa atau khayalan semata. Padahal kenyataannya itu bukan kemampuan yang benar-benar sudah dicapai.

Yang menjadi pertanyaan para siswa biasanya adalah "Mengapa kita harus mempelajari mata pelajaran yang banyak, padahal nanti kita hanya terfokus pada satu pelajaran dan mengapa tidak seperti di negara lain yang memberikan kepada muridnya untuk memilih pelajaran yang mereka suka??

Mau donasi lewat mana?

BRI - Saifullah (05680-10003-81533)

BCA Blu - Saifullah (007847464643)

Mandiri - Saifullah (1460019181044)

BSI - Saifullah (0721-5491-550)
Merasa terbantu dengan artikel ini? Ayo dukung dengan memberikan DONASI. Tekan tombol merah.

Penulis

Saifullah.id
PT Saifullah Digital Advantec

2 komentar

  1. Kelompok Bermain Islam Islam di Solo
    Zama sekarang beda dengan Zaman dulu, Zaman dulu mendengar kata UN aja udah degdegan, tapi sekarang udah biasa aja.
    1. Saifullah.id
      Saifullah.id
      Benar sekali. Namanya zaman pasti berubah. Segala hal bisa terjadi.
Popular Emoji: 😊😁😅🤣🤩🥰😘😜😔😪😭😱😇🤲🙏👈👉👆👇👌👍❌✅⭐