Meskipun banyak yang menyangkal keabsahannya,
nyatanya fenomena mati suri dijumpai di banyak kebudayaan dan bisa
dialami oleh orang dalam berbagai tingkatan usia.
Bahkan mati suri sebenarnya telah dibicarakan sejak zaman Plato dan semakin banyak diperbincangkan lewat tulisan, media ataupun cerita dari mulut ke mulut.
"Mati suri merupakan fenomena universal. Perkembangan teknologi di bidang medis menghadapkan manusia pada perubahan batasan mengenai kehidupan dan kematian," tulis Rubiana Soeboer, psikolog dalam bukunya yang berjudul 'Mati Suri' seperti dikutip detikHealth, Rabu (1/7/2012).
Awalnya pengalaman melihat hal-hal yang ganjil ketika mati suri dianggap sebagai halusinasi akibat pengaruh obat. Namun nyatanya, orang buta yang tak bisa melihat juga bisa mengalami kejadian serupa. Bahkan anak-anak yang belum begitu paham mengenai konsep kematian juga mengalami mati suri.
Mati Suri pada Orang Dewasa
Pariyem asal Yogyakarta pernah mengalami mati suri ketika melahirkan anak ketiganya saat berusia 40 tahun.
"Pada masa itu itu, proses persalinan hanya dibantu oleh dukun beranak sebab belum ada bidan yang berpraktik di tempat tinggalnya. Sayangnya, anak yang dilahirkan kemudian meninggal bersama dengan Pariyem," kata Arifin, kerabatnya saat menceritakan peristiwa itu ke detikHealth.
Keesokan harinya usai dikafani, Pariyem secara mengejutkan bangun kembali. Dalam periode mati surinya, Pariyem menceritakan bahwa ia melalui sebuah jalan yang sangat panjang. Saking panjangnya, ia merasa kehausan. Namun ketika bertemu orang asing di pinggir jalan yang membawa air, orang asing tersebut tidak mau memberi, sebab air tersebut kepunyaan salah seorang kerabat yang sudah meninggal.
Akhirnya Pariyem pun menahan haus sampai menemui sebuah jembatan dan bertemu seorang penjaga. Sang penjaga mengatakan bahwa ia belum mendapat 'jatahnya' dan belum ada catatan mengenai dirinya. Pariyem pun diminta kembali dan kemudian terbangun.
Saat ini, Pariyem telah berusia 80 tahun dan masih segar bugar.
Mati Suri pada Orang Buta
Brad yang tinggal di Boston, AS menderita kebutaan sejak lahir dan sempat mengalami mati suri akibat pneumonia. Jantungnya berhenti berdetak selama sekitar 4 menit. Beruntung, nyawanya terselamatkan berkat bantuan alat pernapasan buatan. Ketika kehilangan napas, Brad ingat betul ia melihat tubuhnya terbaring di tempat tidur sementara dirinya melayang ke langit-langit kamar.
Brad juga melihat teman sekamarnya di asrama yang juga sama-sama buta keluar meninggalkan kamar untuk mencari pertolongan. Ia kemudian melayang hingga ke atap dan melihat salju, tempat bermain, serta bukit yang sering ia daki. Dia tidak tahu bagaimana, tapi pemandangan tersebut dapat ia lihat dengan jelas.
Akhirnya Brad melihat dirinya memasuki terowongan dan mendengar suara musik yang indah. Ketika Brad bisa bernapas kembali dan pulih dari kondisi kritis, Brad menanyakan kepada teman sekamarnya apakah ketika itu sang teman keluar meninggalkan kamar. Dan temannya mengiyakan.
Mati suri pada anak-anak
Sebuah penelitian yang dilakukan Sutherland di AS pada tahun 1995 berhasil menghimpun kisah beberapa orang anak yang mengalami mati suri. Salah satunya adalah kisah Miranda yang sempat mengalami mati suri ketika menjalani operasi tonsil.
Ketika itu Miranda masih berusia 4 tahun dan harus menjalani bius total untuk mengoperasi tonsilnya. Ketika operasi, ia tiba-tiba merasa dirinya keluar dari tubuh dan melihat para dokter sedang mengerumuni dirinya yang sedang terbaring di tempat operasi. Ia melihat lingkungannya bersinar sangat terang dan berwarna putih.
Ketika berada di luar tubuh, Miranda merasa damai dan tenang. Ia terus mengamati tingkah para dokter dan merasa ada hal yang keliru. Begitu salah seorang dokter mengambil alat dan melakukan sesuatu dengan tubuhnya, ia tertarik kembali ke dalam tubuh.
Bahkan mati suri sebenarnya telah dibicarakan sejak zaman Plato dan semakin banyak diperbincangkan lewat tulisan, media ataupun cerita dari mulut ke mulut.
"Mati suri merupakan fenomena universal. Perkembangan teknologi di bidang medis menghadapkan manusia pada perubahan batasan mengenai kehidupan dan kematian," tulis Rubiana Soeboer, psikolog dalam bukunya yang berjudul 'Mati Suri' seperti dikutip detikHealth, Rabu (1/7/2012).
Awalnya pengalaman melihat hal-hal yang ganjil ketika mati suri dianggap sebagai halusinasi akibat pengaruh obat. Namun nyatanya, orang buta yang tak bisa melihat juga bisa mengalami kejadian serupa. Bahkan anak-anak yang belum begitu paham mengenai konsep kematian juga mengalami mati suri.
Mati Suri pada Orang Dewasa
Pariyem asal Yogyakarta pernah mengalami mati suri ketika melahirkan anak ketiganya saat berusia 40 tahun.
"Pada masa itu itu, proses persalinan hanya dibantu oleh dukun beranak sebab belum ada bidan yang berpraktik di tempat tinggalnya. Sayangnya, anak yang dilahirkan kemudian meninggal bersama dengan Pariyem," kata Arifin, kerabatnya saat menceritakan peristiwa itu ke detikHealth.
Keesokan harinya usai dikafani, Pariyem secara mengejutkan bangun kembali. Dalam periode mati surinya, Pariyem menceritakan bahwa ia melalui sebuah jalan yang sangat panjang. Saking panjangnya, ia merasa kehausan. Namun ketika bertemu orang asing di pinggir jalan yang membawa air, orang asing tersebut tidak mau memberi, sebab air tersebut kepunyaan salah seorang kerabat yang sudah meninggal.
Akhirnya Pariyem pun menahan haus sampai menemui sebuah jembatan dan bertemu seorang penjaga. Sang penjaga mengatakan bahwa ia belum mendapat 'jatahnya' dan belum ada catatan mengenai dirinya. Pariyem pun diminta kembali dan kemudian terbangun.
Saat ini, Pariyem telah berusia 80 tahun dan masih segar bugar.
Mati Suri pada Orang Buta
Brad yang tinggal di Boston, AS menderita kebutaan sejak lahir dan sempat mengalami mati suri akibat pneumonia. Jantungnya berhenti berdetak selama sekitar 4 menit. Beruntung, nyawanya terselamatkan berkat bantuan alat pernapasan buatan. Ketika kehilangan napas, Brad ingat betul ia melihat tubuhnya terbaring di tempat tidur sementara dirinya melayang ke langit-langit kamar.
Brad juga melihat teman sekamarnya di asrama yang juga sama-sama buta keluar meninggalkan kamar untuk mencari pertolongan. Ia kemudian melayang hingga ke atap dan melihat salju, tempat bermain, serta bukit yang sering ia daki. Dia tidak tahu bagaimana, tapi pemandangan tersebut dapat ia lihat dengan jelas.
Akhirnya Brad melihat dirinya memasuki terowongan dan mendengar suara musik yang indah. Ketika Brad bisa bernapas kembali dan pulih dari kondisi kritis, Brad menanyakan kepada teman sekamarnya apakah ketika itu sang teman keluar meninggalkan kamar. Dan temannya mengiyakan.
Mati suri pada anak-anak
Sebuah penelitian yang dilakukan Sutherland di AS pada tahun 1995 berhasil menghimpun kisah beberapa orang anak yang mengalami mati suri. Salah satunya adalah kisah Miranda yang sempat mengalami mati suri ketika menjalani operasi tonsil.
Ketika itu Miranda masih berusia 4 tahun dan harus menjalani bius total untuk mengoperasi tonsilnya. Ketika operasi, ia tiba-tiba merasa dirinya keluar dari tubuh dan melihat para dokter sedang mengerumuni dirinya yang sedang terbaring di tempat operasi. Ia melihat lingkungannya bersinar sangat terang dan berwarna putih.
Ketika berada di luar tubuh, Miranda merasa damai dan tenang. Ia terus mengamati tingkah para dokter dan merasa ada hal yang keliru. Begitu salah seorang dokter mengambil alat dan melakukan sesuatu dengan tubuhnya, ia tertarik kembali ke dalam tubuh.